Jujur Ajur ?

Renungan Minggu, 28 Oktober 2012

Bacaan : Matius 5 : 33-37

 

Ada kisah nyata dalam dunia pendidikan, kisah ibu Siami ’’secuil kejujuran di tengah lautan kebahagiaan’’.

Ibu Siami tidak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menerima petaka. Warga Tandes Surabaya itu diusir ratusan warga, setelah melaporkan guru yang memaksa anaknya memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional tanggal 10-12 Mei 2011 lalu.

Bertindak jujur malah ajur. Ratusan orang menuntut Ibu Siami dan keluarganya untuk meninggalkan kampung. Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung.

Cerita di atas semakin mengemuka ketika para tokoh agama pada awal tahun 2012 ingin menyatakan dalam sebuah kritik yang membangun atau kebenaran dalam menjalankan tanggung jawab, istilah yang dipakai adalah melawan kebohongan publik. Pada gilirannya pemerintah melawan kebohongan mereka dengan kebohongan baru.

Fakta bahwa banyak orang hidup tidak jujur akhir-akhir ini, karena hidup jujur terkesan aneh. Hidup dengan kejujuran, berbeda dengan yang lain, tidak banyak teman, tidak akan ditemani bahkan diisolasi/diasingkan. Hidup jujur musuhnya banyak, yaitu mereka yang tidak jujur.

tetapi sesungguhnya bila kita berani hidup jujur, itu adalah alasan sukses jangka panjang. Berani tampil beda maka tampillah dengan sesuatu yang berbeda, yang muncul dari diri kita, yaitu berani hidup jujur, sebab hidup jujur adalah panggilan iman (Matius 5 : 37).

Tuhan memberikan garansi penuh penyertaanNYA bagi mereka yang hidup dengan jujur (baca; Amsal 2:7). Berani jujur ditengah merebaknya ketidakjujuran adalah panggilan kita untuk berani menjadi pelopor dalam segala situasi.

Melalui karya penyelamatanNYA, kita menjadi manusia baru yang berarti kita berani hidup jujur ditengah merebaknya ketidakjujuran baik di rumah tangga, lingkungan masyarakat, gereja, bahkan dalam setiap keseharian. Kejujuran berarti meredam kebohongan, dengan meredam kebohongan kita akan mencegah kemunafikan. Apakah kita rindu dalam kejujuran?  Amin.

%d blogger menyukai ini: