Dia Mati Demi Aku Hidup
Renungan Minggu, 12 Februari 2012
Bacaan Kitab Suci : 1 Petrus 2 : 18-25
Nas : 1 Petrus 2 : 24a
“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.”
Seorang bapak separo baya berdiri menyaksikan kasih Tuhan dalam kehidupannya. Ia memulai dengan kisahnya dan berkata, ”Seorang ayah, anaknya dan teman anak itu berlayar di lautan pasifik saat badai besar menghantam dan ombak begitu tinggi, sang ayah tidak dapat menahan kapalnya dari badai besar itu, walaupun ia adalah seorang pelaut yang handal. Ketiganya terhempas ke lautan bebas. Sang ayah berusaha menggapai pelampung, namun ia harus membuat keputusan tersulit dalam hidupnya. Kepada siapa ia harus melemparkan satu-satunya pelampung itu. Anaknya atau teman anaknya. Dia hanya punya beberapa detik saja untuk memutuskan”. Ayah itu tahu kalau anaknya adalah ”anak Tuhan yang setia”, namun teman anaknya bukanlah seorang Kristen. Kegalauan gejolak hatinya untuk mengambil keputusan tidak sebanding dengan gejolak ombak yang begitu besarnya saat itu. Dan ketika sang ayah berteriak, ”aku mengasihimu, anakku!” diapun melemparkan pelampung itu ke arah teman anaknya. Pada saat itu dia menarik pelampung dan teman anaknya ke atas perahu, anaknya telah hilang dan lenyap ditelan ombak dalam gelapnya malam. Dan sampai sekarang tubuh anaknya tidak pernah ditemukan lagi.
”Si ayah mengetahui kalau anaknya pasti masuk ke dalam kekekalan bersama Tuhan Yesus dan ia tidak dapat membayangkan teman anaknya itu masuk kedalam kekekalan tanpa Tuhan Yesus. Karena itu dia mengorbankan anaknya. Oh betapa luar biasanya kasih Tuhan karena ia juga melakukan hal yang sama untuk kita!” lanjutnya, ”aku adalah teman dari anaknya itu”. Camkan hal ini, kita bisa hidup karena ada seseorang yang sudah mati buat kita 2000 tahun yang lalu.
Tuhan Yesus telah sengsara dan mati untuk kita. Kisah kematianNya telah kita renungkan setiap saat, secara khusus dalam sakramen perjamuan kudus ini. Kesedihan pasti merenggut setiap kita yang merenungkan tentang kematianNya yang mengerikan itu, tetapi sesungguhnya bukan hanya tentang kesedihan dan kedukaan saja melainkan juga tentang kehidupanNya. hidupNya sungguh singkat tapi apa yang diperbuatNya sungguh melampaui waktu hidupNya. Apa yang diperbuatNya tetap dikenang oleh setiap generasi dari masa ke masa, karena memang kehidupanNya adalah sebuah kasih Allah yang luar biasa dahsyatnya kepada manusia. Apa rahasianya? Jangan tanyakan tentang bagaimana Ia telah mati, tetapi bagaimana ia bisa mengisi kehidupanNya yang singkat itu sehingga menjadi berkat bagi manusia.
”Sungguh Ia telah mati untuk kita semua agar dengan kematianNya, kita bisa memperoleh kehidupan (keselamatan)”. Jika Ia telah mati agar kita hidup, maka marilah disisa waktu hidup ini, kitapun merangkai kehidupan kita dengan kasih dan senantiasa hidup dalam kebenaran yang meneladani Sang Juruselamat kita. Semuanya bukan demi menorehkan sebuah kenangan indah dalam hati dan pikiran generasi yang akan datang, tetapi sebagai ucapan syukur atas hidup yang diberikan olehNya. Marilah kita ingat bahwa Ia telah mati untuk kita, maka hendaklah kita hidup bukan saja untuk diri kita sendiri melainkan untuk Tuhan dan sesama. Kiranya hidup kita menjadi sumber inspirasi bagi orang lain sehingga orang lainpun mampu menatap kehidupan mereka sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.Amin.
Penderitaan Kristus sebagai teladan
2:18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. 2:19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 2:20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. 2:21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 2:22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. 2:23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 2:24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 2:25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.