Membangun Masa Depan melalui Pendidikan yang Mengutuhkan
Bacaan : 2 Timotius 3: 10-17 | 1 Samuel 2: 18-21 | Lukas 2: 41-52
Perkembangan suatu negara tidak lepas dari peran pendidikan bagi seluruh masyarakatnya. Pendidikan menjadi garis depan dalam memajukan sumber daya manusia, yang kemudian menggerakkan berbagai bidang dan sektor kehidupan di negeri. Namun kita bisa saja tidak sampai jauh ke sana. Dalam kehidupan keseharian, pendidikan harus menjadi budaya dalam keluarga dan masyarakat kita. Pendidikan tidak hanya menanamkan pengetahuan kognitif dan logika, tetapi juga budi pekerti dan tata karma yang menjadi nilai dan norma sehari-hari. Semuanya ini perlu dan penting, tidak hanya bagian-bagian saja. Itulah maksud pendidikan yang mengutuhkan, dan memerlukan semua pihak untuk berperan baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan primer dalam keluarga, dan pendidikan di masyarakat, serta situasi lainnya.
Pendidikan dimulai sejak dini, ketika usia anak masih sangat muda. Pendidikan sejak dini dimulai dari pendidikan primer di keluarga yang peran utamanya dipegang oleh orang tua lalu didukung anggota keluarga yang lain. Tiga bacaan di atas, utamanya Surat 2 Timotius, mengatakan hal serupa mengenai pendidikan sejak dini. Ayat 15 mengatakan “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” Pendidikan karakter dalam kehidupan orang percaya dimulai dengan menanamkan teladan Kristus dalam diri anak dan orang-orang muda. Komunitas persekutuan harus dapat menyediakan ekosistem dan suasana yang memadahi untuk itu. Memang gereja berpusat pada Tuhan Yesus Sang Kepala gereja, namun orang-orang di dalamnya harus bersedia selalu berproses bersama dalam menghayati, menjalani, menyampaikan, dan melakukan karakter Kristus.
Hal-hal tersebut di atas adalah sesuatu yang mendasar. Kekristenan bukan agama, tetapi soal karakter dan gaya hidup yang berpusat pada Yesus Kristus dan karya Allah di dalam-Nya. Kita sebagai umat-Nya terus belajar dari Alkitab, dari persekutuan, serta refleksi atas kehidupan nyata di sekitar kita dan peristiwa skala nasional-global yang terjadi. Refleksi yang luas sangat diperlukan mengingat perkembangan zaman membuat situasi lokal dan global berbaur dan bercampur dengan sendirinya. Semuanya ini disikapi dengan menghidupi Firman Allah utamanya melalui Alkitab, sebagai sumber pendidikan yang harus dibiasakan sampai menjadi karakter dalam diri setiap umat Allah khususnya para generasi muda. Amin.