Bersukacita Merayakan Liturgi Kehidupan

Bacaan : Keluaran 32:7-14,  1Timotius 1:12-17

 “Orang yang mengutamakan kebaktian kepada TUHAN adalah tanda bahwa orang itu dapat dipercaya”. Betapa kebaktian memiliki makna edukasi dalam rangka membangun karakter pribadi. Ya, pribadi yang dapat dipercaya. Di sinilah pentingnya bulan katekese liturgi untuk memperhatikan  setiap unsur dalam kebaktian. Unsur-unsur yang menunjukkan jalan menuju pembentukan karakter. Harapannya, dalam berliturgi kita memiliki sikap batin yang tepat, sehingga dapat berbakti dengan benar dan terbentuklah pribadi-pribadi yang bisa dipercaya seperti Musa. Seorang, yang TUHAN pun percaya kepadanya.

Sikap batin yang tepat dalam berbakti ditunjukkan oleh Rasul Paulus. Kebaktiannya kepada TUHAN karena berakar dari pengalaman dikasihi TUHAN. Kasih sayang TUHAN yang menyelamatkan hidup dan jiwanya. Tidak heran bila kemudian ia begitu mengasihi TUHAN, membaktikan hidup sepenuhnya bagi kemuliaan TUHAN yang lebih besar. Sikap batin demikian akan menuntun pemahaman pada arti liturgi. Sejatinya, liturgi merupakan perayaan cinta kasih Ilahi. Ketika cinta kasih Ilahi yang dirasakan dan dirayakan, maka energi cinta kasih itu merasuki seluruh sanubari. Itulah saat berjumpa dengan kemuliaan cinta TUHAN. Perjumpaan seperti yang dialami Musa di puncak Gunung Allah, Perjumpaan yang membuatnya memahami keluasan dan kedalaman cinta Ilahi. Itulah yang selalu dikenangkan oleh Musa. Sama dengan pengalaman Rasul Paulus ketika dikasihi TUHAN yang selalu dikenang dalam hidupnya, bahwa kasih Tuhan memang tidak ada batasnya. Pengalaman Musa dan Rasul Paulus itu cukup memberi pemahaman tentang makna istilah anamnesis dalam liturgi. Pentingnya anamnesis, mengenang kasih TUHAN sepanjang masa karena kasih TUHAN tidak ada batasnya.

Karena kasih TUHAN tidak terbatas, maka perayaan cinta kasih harus terus berlangsung sepanjang masa. Pentingnya katekese liturgi dalam hal ini, dimaksudkan supaya perayaan liturgi Gereja selalu menemukan gairahnya. Keberlangsungan kasih TUHAN tidak bisa dihentikan dengan cara apapun, termasuk dengan sikap sungut-sungut seperti yang dilakukan orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Di sinilah pentingnya perasaan sukacita dalam perayaan cinta kasih seperti kebaktian para malaikat. Perasaan yang kemudian merangkul segala makhluk, baik yang kelihatan maupun yang tidak nampak untuk bersuka di dalam TUHAN. Amin