Hidup Dipimpin Roh Kudus

Mazmur 104 : 24-34, 35b

 

Hari ini gereja-gereja di seluruh dunia sedang merayakan hari Pentakosta.

Istilah Pentakosta berasal dari bahasa Yunani kuno ”Pentekostes“ yang artinya hari ke lima puluh. Pada masa Perjanjian Lama Hari raya Pentakosta dirayakan setelah tujuh minggu dari hari raya Paskah. Pada masa Perjanjian Baru Hari Raya Panteksota mendapat warna baru yaitu sebagai hari Pencurahan Kuasa Roh Kudus dan dirayakan sepuluh hari sejak kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga atau lima puluh hari sesudah kebangkitan Tuhan.

Peristiwa pencurahan Roh Kudus merupakan penggenapan janji Tuhan dimana pada saat Tuhan Yesus hendak naik ke Sorga, Tuhan Yesus menjanjikan adanya penolong yang akan menyertai umat-Nya. Dan penolong itu adalah Roh Kudus yang adalah Roh kebenaran.

Tuhan Yesus sangat memperhatikan umat-Nya sehingga Dia tidak membiarkan kita bergumul sendiri sebagai yatim-piatu. Yoh 14:18 ” Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim-piatu. Aku datang kembali kepada-Mu.

Mengapa Kita Perlu Dipimpin Roh Kudus?

Mengapa kita perlu dan harus dipimpin oleh Roh Kudus?

Kita harus dipimpin oleh Roh Kudus supaya kita menjadi pribadi yang mau bertindak dan berinisiatif untuk melakukan hal-hal yang berguna, mampu menang dan dapat mengalahkan segala kuasa yang ada di dunia ini.  Karena  :

  1. KehadiranNya memberi perubahan, senantiasa ada pembaruan/ perbaikan, bahkan penciptaan.   Mazmur 104:30  “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”. Itu berarti jika kita sebagai gereja yang dikuasai Roh adalah gereja yang senantiasa rindu memperbarui dirinya. Senantiasa ada semangat bangkit dan berani mengubah diri, ke arah yang lebih baik.
  2. Dampak dalam persekutuan yang dikuasai Roh Kudus adalah persekutuan yang menghibur. Menghibur bukan sekadar menciptakan acara yang menarik dan lucu. Hanya untuk menyenangkan saja. Menghibur di sini dalam arti menguatkan, memberikan pengharapan.
  3.  

    Penyertaan Roh Kudus bagi para murid berdampak memampukan mereka keluar dari belenggu bahasa. Sekat pembatas komunikasi dipatahkan. Semua mengerti, dan  memahami bahasa yang mereka gunakan  yaitu  bahasa manusia yang membuat orang banyak yang mendengar mengerti “tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (ay. 11c).

    Bagaimana dengan kita? Adakah sekat yang tanpa sadar kita bangun antara kita, Baik sebagai pribadi kristen, maupun sebagai gereja? bukankah kita seringkali menutup pintu komunikasi dengan gereja lain yang kita anggap tidak seajaran? Mari kita sambut Karya Roh kudus dengan membuka mata hati kita untuk berjalan bersama sebagai gereja Tuhan, membangun kehidupan yang lebih baik sebagai tanda hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus.   A  m i n