Sudahkah Aku Berkorban Bagi Mereka Yang Menderita

……. sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Matius 25 : 40b)

Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), sungguh suatu jumlah yang tidak sedikit dan kalaupun diupayakan mengurangi jumlah tersebut maka diperlukan waktu puluhan tahun.

Topik bahasan minggu ini serta nats di atas sungguh menyadarkan bagi kita semua, sebenarnya betapa penting peran yang dapat dilakukan Gereja pada umumnya dan warga Kristen pada khususnya di bumi Indonesia tercinta ini.

Jika kita dapat mengimplementasikan pesan Tuhan Yesus sebagaimana nats bacaan di atas, maka Gereja (umat Kristen) berarti berperan  dalam menyejahterakan masyarakat Indonesia.

Mengurangi jumlah penduduk miskin yang begitu banyak jumlahnya, jelas tidak mungkin hanya diserahkan kepada Pemerintah, perlu partisipasi dari seluruh elemen masyarakat dan tidak terkecuali Gereja (umat Kristen).

Sekolah (lembaga pendidikan Kristen), Rumah Sakit Kristen cukup banyak, tapi pertanyaannya apakah kedua lembaga tersebut melayani warga miskin? Sungguh ironis berita akhir-akhir ini ada seorang bayi yang meninggal karena ditolak 8 rumah sakit dengan alasan ruang ICU sudah penuh, dan mungkin karena orangtuanya termasuk kategori “miskin”.

Gereja (warga Kristen) sudah waktunya untuk melakukan langkah konkrit untuk ikut menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia. Langkah tersebut tentunya  memerlukan dana dan pemikiran segenap warga.

Langkah kecil dan membumi, kalau Gereja sendiri masing-masing mampu membebaskan warganya dari kategori “menderita”, maka itu sebenarnya sudah ikut berpartisipasi dalam mengurangi jumlah penduduk miskin Indonesia. Baru setelah itu tercapai, Gereja melangkah ke dunia luar.

Beratkah tugas tersebut (membebaskan warga Gereja sendiri untuk bebas dari kategori menderita)? Tentu tidak, hal itu bukanlah ibaratnya kita membantu keluarga sendiri. Upaya tersebut tentunya tidak cukup hanya dengan memberi santunan bulanan, akan lebih nyata kalau Gereja (warga) bisa mencarikan lapangan pekerjaan, modal usaha dan sebagainya.

Marilah kita mulai langkah kecil, dari kalangan Gereja kita sendiri. Kita laksanakan pesan Tuhan Yesus, tidak sekedar kita ucapkan dalam doa, tapi kita (Gereja/warga) benar-benar menjadi pelaku firman dengan langkah nyata. Amin.

%d blogger menyukai ini: