Uang dan Kejujuran

Bahan PA Dewasa Bulan Keluarga Tahun 2012, dikutip apa adanya dari Bahan MPHB Sinode GKJ di http://gkj.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=576

 

TUJUAN:

Peserta memahami pentingnya bersikap jujur dalam masalah keuangan.

 

BAHAN:

Kisah Para Rasul 5 : 1 – 11

 

PENJELASAN TEKS:

Teks di atas mengisahkan tentang sebuah peristiwa yang terjadi setelah Pentakosta. Jemaat pertama berdiri dan berkembang pesat. Gaya hidup jemaat menarik perhatian orang banyak. Jemaat itu hidup dalam cinta kasih dan persekutuan yang baik. Banyak di antara anggota jemaat yang menjual tanah atau rumahnya dan uangnya dibagikan kepada orang lain sesuai dengan keperluan masing-masing. Di tengah-tengah suasana kehidupan berjemaat yang indah itu, tampillah seorang yang bernama Ananias, yang menjual tanahnya dan memberikan uang hasil penjualan tanah itu kepada para rasul. Petrus menegur Ananias dengan keras dan mengatakan bahwa ia telah mendustai Roh Kudus dengan tindakannya itu. Petrus tidak mengharapkan bahwa semua uang hasil penjualan tanah itu diserahkan kepadanya. Selama tanah itu tidak dijual, bahkan setelah dijualpun, uang itu adalah hak Ananias sepenuhnya; namun dengan sikap yang tidak jujur, dan dengan mengatakan bahwa uang yang dipersembahkan itu adalah semua hasil penjualan tanahnya, Ananias menerima hukuman dari Tuhan. Itu pula yang terjadi dengan istrinya.

Dalam kisah ini kita diingatkan betapa pentingnya orang memiliki sikap yang jujur dalam masalah keuangan.

 

PERENUNGAN:

Salah satu pokok penting yang jarang dibicarakan dalam kehidupan gereja adalah masalah uang, padahal Alkitab banyak sekali membicarakannya. Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa tidak mungkin orang bertuhankan dua tuan, yakni mengakui-Nya dan pada saat yang sama menyembah Mamon” (lihat Mat. 6:24). Paulus menegaskan bahwa “cinta akan uang adalah akar segala kejahatan” (1 Tim. 6:10). Ketidakjujuran terhadap uang juga ditunjukkan dengan jelas dalam kisah Ananias dan Safira. Abraham dan Lot yang berpisah, dan pada akhirnya istri Lot binasa, juga karena uang/harta. Dalam pengajaran-Nya tentang pengampunan, Yesus juga memakai perumpamaan atau cerita tentang orang yang berhutang sepuluh ribu talenta dan seratus dinar.

Bagi beberapa orang, membicarakan masalah uang dianggap peka dan tidak enak membicarakannya dengan terus terang. Akibatnya, banyak terjadi ketidakjelasan tentang penggunaan uang dan pertanggungjawabannya. Tidak mustahil terjadi, seorang bendahara gereja/komisi/panitia yang  merasa tidak suka jika ia ditanya tentang uang gereja yang dipegang/dikelolanya. Bila ia ditanya tentang laporan keuangan gereja, segera ia merasa bahwa ia tidak dipercaya memegang uang kas gereja (tentu tidak semuanya bersikap demikian).

Dalam kehidupan rumah tanggapun uang seringkali menjadi sumber masalah. Keluarga yang tadinya hidup rukun, bisa menjadi kehilangan damai sejahtera karena persoalan uang. Ada bermacam-macam hal yang menyebabkan keretakan rumah tangga yang disebabkan karena uang. Pada umumnya persoalan terkait uang dalam rumah tangga disebabkan karena ada anggota keluarga yang merasakan ketidakadilan dalam penggunaan uang, entah oleh suami atau istri. Ada keluarga tertentu yang sang suami atau sang istri yang menggunakan uang terlalu banyak dan tidak memikirkan anggota keluarga yang lain. Persoalan lebih pelik jika itu sudah merembet dan menyangkut bantuan keuangan kepada keluarga asal sang suami atau sang istri. Bila hal ini tidak dibicarakan dan diselesaikan dengan terbuka, tidak tertutup kemungkinan suasana nyaman dan damai dalam rumah tanggapun menjadi terganggu. Itu sebabnya bisa terjadi ada anggota keluarga yang memiliki sejumlah uang tanpa diketahui oleh anggota keluarga yang lain; ada pula istilah dhuwit lanang atau juga dhuwit wédok yang artinya kira-kira adalah uang yang dimiliki atau diperoleh suami (dhuwit lanang) atau isteri (dhuwit wédok) di luar gaji rutinnya (misalnya: bonus). Si suami merasa ini (dhuwit lanang) adalah haknya pribadi, dan si istri tidak perlu tahu untuk apa uang itu digunakan. Atau si isteri merasa ini (dhuwit wédok) adalah haknya pribadi, dan suami tidak perlu tahu untuk apa uang itu digunakan.

 

ILUSTRASI:

Seorang istri mendekati suaminya dan berkata: ”Pak, bukankah aku seorang istri yang baik dan selalu memerhatikan segala kebutuhanmu? Tadi pagi aku sudah menjahit saku belakang celana bapak yang sobek kecil; sekarang saku itu sudah tidak lagi berlubang”. Sang suami menjawab: ”Terimakasih istriku, kamu memang seorang istri yang penuh perhatian”. Setelah berkata demikian, sang suami nampak berpikir. Si istri bertanya, apa yang dipikirkannya. Si suamipun menjawab: ”Iya ya bu, kamu memang seorang istri yang penuh perhatian, cuma aku berpikir, kok ibu tahu bahwa saku celana saya berlubang” ???

 

PERTANYAAN PANDUAN DISKUSI:

  1. Apa keuntungan atau kerugian dalam bersikap jujur terhadap masalah keuangan, baik dalam gereja dan juga dalam keluarga.
  2. Mengapa orang bersikap tidak jujur dalam masalah keuangan? Apa yang perlu dilakukan agar orang dapat bersikap jujur dalam masalah keuangan?
  3. Sebutkan contoh-contoh ketidakjujuran dalam masalah keuangan, baik dalam kehidupan keluarga, gereja dan berbangsa dan bernegara. Apakah solusi yang dapat saudara tawarkan?