Persekutuan dalam Kasih Sebagai Buah dari Ibadah

Bacaan : Matius 18 : 18-20

 Kehidupan bersama dalam komunitas orang percaya merupakan persekutuan sebagai sarana berinteraksi dan berbagi. Dalam setiap perjumpaan dengan siapapun, kasih harus hadir mewarnai kehidupan bersama. Cara komunitas atau persekutuan mengolah dan mengelola kasih itu dapat dilakukan sebagai pribadi maupun bersama-sama. Sebagai pribadi, anggota persekutuan perlu menjaga kehidupan rohaninya sesuai pengenalan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan dalam kehidupan bersama, kasih itu terjadi, dirasakan, diolah dengan akal budi, dan dibagikan dalam perjumpaan dengan sesama. Itu semua dilakukan dengan dasar firman Tuhan yang telah dibaca, didengar, dan dipelajari selama ini.

Persekutuan di dunia ini menjadi cerminan persekutuan yang kekal di sorga bersama Allah dalam kesempurnaan-Nya. Oleh karena itu Roh Kudus yang menuntun pada kesempurnaan iman senantiasa menyertai persekutuan kita. Persekutuan ini diteguhkan dengan firman Tuhan melalui bacaan Injil Matius di atas. Dalam persekutuan dan komunitas tentu ada keputusan-keputusan bersama. Keputusan yang terjadi terkadang tidak mudah dan harus dipergumulkan bersama, mengerahkan banyak daya dan upaya untuk menentukan hasil yang baik, meskipun bukan yang terbaik. Keputusan ini perlu disertai doa, berpegang pada firman, dan hormat kepada Tuhan. Dengan demikian persekutuan dan komunitas orang percaya berproses bersama dalam berbagai dinamika yang ada.

Dengan kehadiran Tuhan di tengah persekutuan, Tuhan berkenan untuk memberkati dan menyertai. Dalam persekutuan itu kita beribadah, sebagai respon atas karya keselamatan Allah dan kasih Tuhan bagi kita. Ibadah menjadi sarana bagi pemeliharaan iman kita. Ibadah menjadi bagian dari kehidupan persekutuan. Dari semuanya itu, kasih dipelihara agar bertumbuh dan semakin sempurna. Dalam ibadah kita Roh Kudus hadir, menyertai kita agar memiliki daya kehidupan mewujudkan kasih dan firman Tuhan. Tuhan memberkati. Amin.

%d blogger menyukai ini: