SELALU TERSEDIA HARAPAN KETIKA ADA KEPEDULIAN
Yohanes 2:1-11 | Yesaya 62:1-5 | 1 Korintus 12:1-5
Dalam bacaan Injil dari Yohanes 2:1-11, Yesus yang telah dibaptis mengawali karya pelayanan-Nya di dunia. Yesus memulai pelayanan-Nya dengan hadir dan menyatakan mukjiza-Nya pada sebuah perjamuan kawin di Kana. Kehadiran-Nya sebagai salah satu tamu sepertinya biasa-biasa saja. Namun makna di balik kehadiran-Nya luar biasa. Perhatian Yesus tertuju pada kebutuhan sehari-hari mereka. Yesus juga lebih memilih berada di tengah orang kebanyakan daripada di antara para pemimpin agama. Maria ibu-Nya memiliki kepekaan terhadap situasi yang empunya acara. Ini ditunjukkannya pada ayat 3, ”Mereka kehabisan anggur”. Ini adalah pernyataan kebergantungannya kepada Yesus dan kepedulian Maria kepada sekitarnya sehingga Maria tanggap saat muncul masalah (ayat 3; lih. Mrk. 6:3a). Namun Yesus berkata, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Yesus melihat waktu-Nya untuk menyatakan Diri secara publik belum tiba, karena pada saat itu Dia hadir sebagai tamu bersama dengan kaum keluarga-Nya (salah satunya kehadiran Maria ibu Yesus). Namun dengan iman, Maria memerintahkan kepada para pelayan untuk melakukan apa yang menjadi perkataan Yesus untuk dilakukan (ayat 5).
Yesus memerintahkan para pelayan itu untuk mengisi 6 tempayan yang dipergunakan sebagai pembasuhan dengan air (ayat 6 & 7). Sesudahnya Yesus memerintahkan mereka untuk mencedok air dalam tempayan tersebut dan membawa air itu kepada pemimpin pesta (ayat 8). Maka air biasa itu berubah menjadi anggur. Anggur baru itu membuat kehidupan pasangan keluarga baru di desa kecil ini terhindar dari rasa malu bahkan mendapat respon positif dari pemimpin pesta (ayat 10). Kepedulian Yesus dan ibu-Nya terhadap yang empunya acara memberikan harapan, sebenarnya tidak hanya bagi tuan rumah namun juga bagi semua orang yang hadir dan menikmati acara tersebut. Meskipun nampak sederhana, namun karya Yesus ini adalah mukjizat yang sangat berarti dan sebagai salah satu tanda kekuasaan dan kasih-Nya bagi umat manusia.
Yesaya memakai kiasan perkawinan untuk menggambarkan hubungan Yehuda dengan Tuhan Allah (Yesaya 62: 4-5). Ini merupakan kehormatan yang besar, terutama mengingat betapa Yehuda sudah melewati keadaan yang memilukan dan menyedihkan. Bangsa Yehuda akan disebut yang ditinggalkan suami, dan tanahnya disebut yang sunyi selama masa pembuangan, seperti perempuan yang diceraikan dengan tercela atau ditinggalkan sebagai janda yang murung. Namun demikian Allah berkata, “Aku akan membawa pulang kalian. Kalian tidak akan lagi disebut yang ‘Ditinggalkan’”. Disebut hephzibah dan beulah yang artinya Allah berniat untuk mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka dan akan memberkati mereka. Dalam nats ini kita dapat memahami bahwa Allah peduli kepada kita walaupun di saat kita jatuh terpuruk, sehingga kita tetap memiliki pengharapan untuk dapat bangkit karena Allah tidak pernah meninggalkan kita.
Kasih dan pertolongan Allah dalam rupa pemberian karunia-karunia rohani harus dipergunakan untuk kebaikan hidup manusia dan kemuliaan nama Allah. Sebab rupa-rupa karunia rohani dan rupa-rupa pelayanan tersebut berasal dari Allah (1 Korintus 12: 4-5). Ini menunjukkan bahwa kesetiaan umat kepada Allah adalah cara umat menyambut kepedulian Allah dalam bentuk pembaharuan hidup umat milik-Nya. Allah tidak akan meninggalkan umat milik-Nya dan akan memberikan pertolongan. Pada akhirnya, mari menyadari bahwa kitalah yang mengalami kepedulian Allah dalam berbagai pemberian dan karya-Nya dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita pun diajak untuk juga senantiasa menyatakan kepedulian kepada sesama kita. Dalam setiap kepedulian yang diwujudnyatakan dengan kasih, ada harapan yang disertai iman karena mukjizat dan berkat-Nya senantiasa dianugerahkan bagi kita. Tuhan memberkati. Amin.