Kejujuran Tidak Pernah Merugikan
Bahan PA Anak Bulan Keluarga Tahun 2012, dikutip apa adanya dari Bahan MPHB Sinode GKJ di http://gkj.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=576
BAHAN ALKITAB: Amsal 16:17
FOKUS
Pada jaman sekarang, orang jujur dikatakan akan hancur, kojur (sial), dan mengalami hal-hal buruk lainnya. Benarkah? Kalau dibalik, apakah orang yang tidak jujur pasti akan mengalami hal-hal yang baik (makmur, beruntung, dll.)? Tidak juga! Bahkan, banyak orang yang tidak jujur sekarang ini malah menanggung akibat dari perbuatannya tersebut. Misalnya: masuk penjara, tidak dipercayai oleh orang lain, atau tidak mempunyai teman.
Jujur adalah perbuatan luhur (baik, mulia, terpuji). Bukankah dari perbuatan luhur akan terpancarkan pula hal-hal yang baik? Kejujuran tidak akan pernah merugikan siapapun yang melakukannya, bahkan membawa kebaikan bagi siapapun. Pelajaran hari ini dirancang supaya Anak Sekolah Minggu bersedia melaksanakan kejujuran di mana saja, kapan saja, terhadap siapa saja, karena kejujuran akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya, bagi sesama, serta menyukakan hati Tuhan.
PENJELASAN BAHAN
Secara umum, kitab Amsal terdiri dari dua bagian besar: pertama, pasal 1-9, dan kedua, pasal 10-31. Bagian kedua dianggap lebih tua daripada pertama, karena berasal dari masa sebelum pembuangan, yaitu di masa kerajaan, bahkan sebelum kerajaan. Sedangkan Amsal 1-9 dianggap berasal dari masa sesudah pembuangan.
Amsal 16:17 terletak pada bagian kedua, yang berisi pengajaran yang bersifat teknis dan praktis. Nasihat itu didasarkan kepada pengalaman sehari-hari yang berguna untuk mencapai keberhasilan hidup. Umumnya bentuk pengajaran pada pasal 10-31 ini berupa kalimat hikmat, berasal dari amsal pendek (satu atau dua baris dalam satu ayat). Bentuk semacam ini kerap disebut kalimat hikmat individual. Kalimat hikmat individual ini terlepas dari kalimat-kalimat lainnya.
Amsal 16:17 berisi pengajaran khusus tentang orang jujur. Jalan yang ditempuh orang jujur adalah menjauhi kejahatan (ay.17a). Tema tentang “jalan” sangat penting dalam kitab Amsal. Istilah Ibrani yang dipakai adalah messillath, dan hanya sekali dipakai dalam kitab Amsal ini! Kata jalan yang biasa dipakai adalah derek.
Dibayangkan, jalan yang dimaksud adalah jalan yang besar, mulus, luas dan panjang (seperti jalan tol, KJV dan beberapa Alkitab berbahasa Inggris menerjemahkan dengan kata highway), sehingga betul-betul bebas hambatan. Dengan mempergunakan jalan ini seseorang akan dengan mudah dan cepat bisa sampai ke tujuan. Dengan demikian, pehikmat mengajak orang untuk memiliki keyakinan bahwa untuk berhasil mencapai tujuan hidup, bekalnya adalah kejujuran.
Dengan menyusuri atau melewati jalan kejujuran itu, maka ada 2 hal yang akan manusia dapatkan; Pertama, terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan; Kedua, membuat dia berhasil sampai ke tujuan hidupnya, yaitu mampu menjaga nyawa atau hidupnya. Pehikmat mengatakan: “orang yang menjaga jalannya, berarti memelihara nyawanya” (ay.17b). Kata menjaga bermakna “mengawasi.” Orang yang jujur akan mengawasi kata-kata dan perbuatannya, sehingga dengan demikian dia memelihara nyawanya. Ini seperti makna lagu Sekolah Minggu, “Hati-hati Gunakan Tanganmu!”.
Ayat Hafalan:
“Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur, siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya” (Amsal 16:17)
LAGU PENDUKUNG
- Hati-hati gunakan tanganmu (dilanjutkan dengan: kakimu, mulutmu)
- Hidup yang jujur hendak kuserah (NKB 130)
- Aku Bersinar Terus (KJ 424)
PELAJARAN UNTUK KELAS KECIL
1. Awali dengan menyampaikan ilustrasi demikian:
Ibu akan kedatangan beberapa orang tamu di rumah. Untuk menyambut tamunya, ibu sudah menyediakan kue. Kue itu dibeli dari toko kue yang ada di tengah kota, jauh dari rumah. Kue itu sangat enak dan mahal, sehingga ibu hanya bisa membeli sejumlah kue yang jumlahnya pas untuk disajikan bagi teman-teman ibu saja. Budi, sepulang dari sekolah melihat ada kue di atas meja. Tanpa bertanya, dia makan sepotong kue dengan lahap. Si ibu tidak mengetahui apa yang diperbuat Budi. Saat tamu datang, setelah mengobrol sebentar, ibu lalu menuju meja makan untuk menyajikan kue yang terkenal enak itu. Betapa terkejutnya ia, demi melihat ada kuenya yang hilang. Dia melihat Budi sudah pulang, dan sedang bermain di halaman belakang. Saat ditanya, apakah Budi memakan kue yang akan disajikan untuk tamu, Budi menjawab, “Tidak bu. Aku tidak makan kue itu. Tapi aku tadi melihat ada kucing tetangga lewat sini, dan dia kelihatannya sedang makan kue itu.” Ibu kecewa kepada Budi, karena kucing tidak akan dapat membuka tudung saji.
Selepas peristiwa itu, Budi justru bergumul. Mengapa harus berbohong? Kalau jujur, apakah nanti tidak dimarahi atau dihukum oleh ibu? Dimarahi atau dihukum ‘kan tidak enak. Budi tidak ingin dimarahi atau dihukum ibu, sehingga dia berbohong. Kalau berbohong, tentu Budi bisa lepas dari kemarahan atau hukuman ibu. Begitu pikirnya. Akhirnya, Budi memilih jalan berbohong, dan untuk sementara dia bebas dari kemarahan atau hukuman ibunya. Namun, ternyata hati Budi tidak merasa nyaman dengan kebohongannya itu. Dia takut, nanti ibu bertanya-tanya lebih lanjut: kucingnya besar atau kecil? Bulunya yang hitam, atau yang belang? Dan seterusnya, dan sebagainya. Nanti aku bagaimana menjawabnya? Pasti jawabanku juga bohong semua. Aduh… bohong ternyata akan menghasilkan kebohongan-kebohongan yang lain. Aku nanti bisa menjadi tukang bohong, pikir si Budi. Budi merasa tersiksa dan takut membayangkan bahwa dia menjadi seorang tukang bohong. Bisa seperti Pinokio nanti.
Maka, Budi pun berjanji dalam hatinya, bahwa setelah para tamu ibu sudah pulang, aku akan mengaku kebohonganku. Aku mau berkata jujur kepada ibu, dan aku siap untuk dimarahi atau dihukum ibu.
Setelah para tamu ibu pulang, Budi segera menemui ibu, meminta maaf karena sudah berbohong, dan Budi siap untuk menerima hukuman dari ibu. Ibu memeluk Budi dan berkata, “Ibu sudah tahu kalau kamu berbohong, tetapi ibu ingin mendengar pengakuanmu yang jujur. Ibu memang akan bertanya lagi padamu setelah tamu-tamu ibu pulang. Ternyata kamu sudah sadar. Ibu bersyukur bahwa kamu sudah tahu kesalahanmu dan minta maaf.” Ibu kemudian memeluk Budi. Budi merasa lega. Ibu kemudian melepaskan pelukannya, dan kemudian berkata dengan tegas, “Budi sudah melakukan kesalahan. Itu berarti Budi harus siap dihukum. Sekarang hukumannya adalah membereskan piring dan gelas yang ada di meja tamu, kemudian mencuci dan meletakkan kembali pada tempatnya. Bagaimana Budi?”
Budi menjawab dengan lantang “Siap, laksanakan.”
2. Sampaikan pada anak pentingnya kejujuran:
Kejujuran harus dimulai sejak sekarang! Mulai hari ini! Ketidak-jujuran hanya akan membawa masalah dan mendatangkan hukuman bagi siapapun. Tidak jujur adalah perbuatan dosa bagi orang yang melakukannya, dan merugikan orang lain. Tuhan dan orangtua kita pasti merasa sedih kalau kita berbuat tidak jujur atau berbohong. Anak yang berbohong atau tidak jujur akan merasa tidak tenang, dikejar rasa bersalah, dsb. Namun, anak yang jujur, akan menyukakan hati Tuhan, orang tua dan sesama. Anak yang jujur akan tumbuh menjadi seorang yang bisa dipercayai oleh semua orang, berhasil dalam hidupnya, dan akan menjadi seorang yang beruntung dan diberkati Tuhan.
AKTIVITAS
Sediakan stiker-stiker kecil yang menarik, dan minta mereka untuk mengambil sendiri stiker tersebut, masing-masing satu. Amati, dan kemudian tanyakan apakah mereka mengambil masing-masing satu stiker? Apakah ada keinginan atau godaan untuk mengambil lebih dari satu stiker? Mengapa mereka tidak mengambil lebih dari satu stiker? Atau, jika ada yang mengambil lebih dari satu stiker (semoga tidak ada), tanyakan: mengapa mereka mengambil lebih dari apa yang diperbolehkan?” Berikan nasihat atau masukan yang baik bagi anak-anak.
PELAJARAN UNTUK KELAS BESAR
1. Sampaikan ilustrasi berikut ini pada anak:
Seorang pengusaha sukses mau mencari seseorang yang dapat dipercayai untuk mengambil alih bisnisnya karena usianya yang semakin tua. Ia memutuskan untuk tidak menyerahkan perusahaannya kepada anak-anaknya maupun para direktur di perusahaan. Ia mau melakukan sesuatu yang berbeda.
Ia memanggil semua eksekutif muda di perusahaannya dan berkata, “Sudah tiba waktunya untuk saya mengundurkan diri dan memilih seorang pengganti dari antara kalian.” Para eksekutif muda itu terkejut, tapi pengusaha itu melanjutkan. “Saya akan memberikan setiap dari Anda satu benih hari ini. Benih yang sangat spesial. Saya mau Anda menanam benih ini, menyiramnya dan datang kembali kepada saya satu tahun dari hari ini dengan membawa tumbuhan yang bertumbuh dari benih yang saya berikan ini. Saya akan menilai tumbuhan yang Anda bawa, dan dari itu saya akan memilih orang yang akan menggantikan saya.”
Salah seorang dari mereka, Jim termasuk yang diberikan benih dan sama seperti yang lainnya. Ia pulang dan dengan penuh semangat memberitahu istrinya seluruh kisah itu. Istrinya membantu Jim menanam benih itu. Setiap hari tanpa gagal, ia akan menyiramnya dan memerhatikan apakah benih itu sudah bertumbuh.
Setelah sekitar tiga minggu, teman-temannya yang lain mulai bercerita tentang benih-benih mereka yang sudah bertunas dan semakin membesar. Jim terus mengecek benihnya tetapi sama sekali tidak ada perubahan. Tiga minggu, empat minggu, lima minggu berlalu, tetapi masih saja tidak terjadi apa-apa. Setiap hari, teman-teman yang lain berbicara tentang perkembangan tanaman mereka, tetapi Jim tidak mempunyai sesuatu untuk dibicarakan. Ia merasa seperti seorang pecundang.
Enam bulan sudah berlalu dan masih tidak ada tanda-tanda kehidupan di pot. Jim tahu ia telah membunuh benih itu. Semua yang lain sudah mempunyai pohon dan tumbuh-tumbuhan yang besar, tetapi ia tidak mempunyai apa-apa. Jim tidak berkata apa-apa kepada teman-temannya. Tetapi ia tetap setia menyiram dan memberi pupuk kepada benih itu. Ia begitu menginginkan benih itu untuk bertumbuh.
Akhirnya satu tahun sudah berlalu dan semua eksekutif perusahaan itu membawa tanaman mereka untuk diperlihatkan kepada bos mereka. Jim memberitahu istrinya bahwa ia tidak akan membawa potnya yang sama sekali tidak ada tanda kehidupan. Tetapi istrinya memintanya untuk bersikap jujur tentang apa yang telah terjadi. Jim tahu hari itu akan menjadi detik-detik yang paling memalukan dalam hidupnya, namun di sisi lain ia juga tahu bahwa apa yang dikatakan istrinya itu benar. Ia membawa potnya yang kosong dan masuk ke ruang rapat. Saat ia masuk ke ruangan, ia begitu ditakjubkan melihat pelbagai tanaman yang dibawa oleh teman-temannya yang lain. Semuanya kelihatan begitu indah – dalam semua bentuk dan ukuran. Melihat potnya beberapa dari koleganya ketawa, dan beberapa yang mengasihani dia!
Pengusaha itu datang. Ia memandang ke seluruh ruangan dan menyapa semua pegawainya. Jim berusaha untuk menyembunyikan dirinya di belakang koleganya.
“Wah, begitu hebat tanaman, pohon dan tumbuh-tumbuhan yang telah kalian tanam,” kata sang pengusaha itu. “Hari ini salah satu dari kalian akan dilantik menjadi ketua pimpinan perusahaan ini!”
Pengusaha itu melihat Jim di pojok ruangan bersama potnya yang kosong. Ia memerintahkan direktur keuangan untuk membawa Jim ke depan. Jim ketakutan. Ia membatin, “Pasti ia berpikir bahwa saya ini seorang pecundang! Mungkin ia akan memecat saya!”
Saat berada di depan, pengusaha itu bertanya apa yang telah terjadi dengan benih yang ditanam Jim. Jim dengan jujur menceritakan semuanya.
Lalu pengusaha itu meminta semua orang duduk, kecuali Jim. Ia memandang pada Jim dan berkata: “Inilah Pemimpin Perusahaan kita yang baru!” Jim nyaris tidak percaya. Ia tidak berhasil membuat benih itu bertumbuh. Bagaimana mungkin ia dinobatkan menjadi pemimpin baru perusahaan itu! Pengusaha itu melanjutkan. “Satu tahun yang lalu, saya memberikan setiap dari Anda satu benih. Saya menyuruh Anda menanam benih itu dan membawanya kembali kepada saya hari ini. Tetapi saya telah memberi Anda semua benih-benih yang telah saya masukkan ke dalam air mendidih; benih-benih itu mati – sama sekali tidak mungkin untuknya bertumbuh. Semua dari Anda kecuali Jim membawakan saya pohon-pohon, tanam-tanaman dan bunga-bunga. Di saat Anda melihat bahwa benih itu tidak bertumbuh, Anda telah menggantinya dengan benih yang lain. Hanya Jim yang merupakan satu-satunya orang yang memiliki keberanian dan kejujuran untuk membawakan satu pot berisi benih yang saya berikan. Dengan demikian, Dialah orang yang akan saya tunjuk menjadi pemimpin perusahaan ini!”
2. Tanyakan pada anak, apa alasan orang-orang dalam cerita tadi berbohong? Tanyakan pula, apakah mereka setuju dengan sikap Jim?
3. Ajak anak merenungkan, apakah selama ini mereka suka berbohong. Mengapa mereka berbohong?
- Supaya tidak dimarahi
- Mencari keuntungan diri sendiri
4. Tegaskan pada anak:
Kejujuran harus dimulai sejak sekarang! Mulai hari ini! Ketidak-jujuran hanya akan membawa masalah dan mendatangkan hukuman bagi siapapun. Tidak jujur adalah perbuatan dosa bagi orang yang melakukannya, dan merugikan orang lain. Tuhan dan orangtua kita pasti merasa sedih kalau kita berbuat tidak jujur atau berbohong. Anak yang berbohong atau tidak jujur akan merasa tidak tenang, dikejar rasa bersalah, dsb. Namun, anak yang jujur, akan menyukakan hati Tuhan, orang tua dan sesama. Anak yang jujur akan tumbuh menjadi seorang yang bisa dipercayai oleh semua orang, berhasil dalam hidupnya, dan akan menjadi seorang yang beruntung dan diberkati Tuhan.
AKTIVITAS
Mintalah mereka membentuk Paduan Suara/Vokal Grup sederhana dan berlatih lagu NKB 130 “Hidup Yang Jujur.” Jika memungkinkan berikan kesempatan agar Paduan Suara/Vokal Grup ini tampil dalam Kebaktian Umum. Jelaskan pula makna kata-kata dalam lagu ini kepada anak-anak, agar mereka dapat menyanyikan dengan sungguh-sungguh.
Hidup yang jujur hendak kuserah
pada Yesusku yang kau sembah.
Persekutuan mesra dan kudus,
ingin kuikat dengan Penebus.
Ya Yesus, Kaukurbankan darah-Mu bagiku;
kub’ri masa depanku dan hidup bagi-Mu.
Hatiku kuserahkan menjadi takhta-Mu.
Kuminta, kuasailah seluruh hidupku.
KATA-KATA BIJAK[1]
Jika Anda menanamkan kejujuran,
Anda akan menuai kepercayaan.
Jika Anda menanam kebaikan,
Anda akan menuai sahabat-sahabat.
Jika Anda menanam kerendahan hati,
Anda akan menuai kebesaran.
Jika Anda menanam ketekunan,
Anda akan menuai kepuasan.
Jika Anda menanam pertimbangan,
Anda akan menuai perspektif.
Jika Anda menanam kerja keras,
Anda akan menuai kesuksesan.
Jika Anda menanam pengampunan,
Anda akan menuai perdamaian.
Jika Anda menanam iman di dalam Kristus,
Anda akan menuai tuaian.
“Tidak ada warisan yang begitu kaya selain kejujuran” (William Shakespeare)
“Kejujuran adalah bab pertama dari buku kebijaksanaan” (Thomas Jefferson)