BERIMAN DI TENGAH KRISIS

Bacaan: Kejadian 12: 1 – 4 | Yohanes 3: 1 – 17 |

Umumnya orang tidak menyukai krisis, meskipun sejatinya krisis senantiasa terjadi dalam skala besar/luas maupun pada aras personal/individual. Krisis artinya keadaan yang berbahaya, keadaan yang genting/ kemelut/ suram, atau saat yang menentukan dalam cerita ketika situasi menjadi berbahaya dan keputusan harus diambil (lih. KBBI). Krisis juga dapat terjadi ketika ada perubahan besar dan pengambilan keputusan penting dalam hidup seseorang. Tidak seorangpun menginginkan krisis terjadi dalam hidupnya, namun krisis yang berlangsung harus dihadapi.

Abraham memilih untuk mentaati Tuhan dengan meninggalkan tanah asal dan kaum keluarganya menuju ke tempat yang dijanjikan Tuhan. Abraham percaya akan janjiNya yang memberikan berkat, meskipun keputusan untuk taat itu menimbulkan krisis karena jauh dari kaum keluarga serta harus menetap di tempat baru yang tidak pasti. Nikodemus juga mengalami krisis ketika ia ingin percaya kepada Yesus sebagai Yang Diutus Allah tetapi hatinya belum bulat meyakiniNya. Percakapannya dengan Tuhan Yesus membimbing Nikodemus untuk beriman dengan melihat karya Allah yang sejati di dalam Dia.

Krisis itu bisa bermacam-macam baik di aras personal seperti perubahan nasib, keputusan penting, atau dampak dari situasi krisis yang besar seperti keadaan berbahaya, genting, mengancam, kesulitan, suram, dan sebagainya. Krisis apapun yang dihadapi orang-orang percaya, harus dihadapi dengan sikap hati yang beriman kepada Tuhan. Tuhan pasti membimbing, sehingga orang yang percaya kepadaNya mendapat kekuatan dan pengharapan teguh di tengah krisis. Kuasa Tuhan jauh lebih besar dari segala krisis. Marilah kita senantiasa mengandalkan Tuhan, juga dikala di tengah krisis kehidupan. Tuhan menyertai. Amin.

 

%d blogger menyukai ini: