Mendengarkan TUHAN

Bacaan : Mazmur 23, Matius 22:1–14

 

Mendengarkan adalah aktivitas yang sangat biasa bagi manusia, namun bukan hal yang mudah. Mendengarkan tidak sekadar menggunakan telinga, namun memperhatikan, mengingat, melakukan, bahkan menghidupi hal-hal yang didengarkan. Berapa banyak konflik terjadi karena manusia tidak mendengarkan dengan sungguh-sungguh? Dalam hidup ini Tuhan telah menyampaikan kehendak-Nya melalui berbagai macam bentuk dan cara. Karena itu kita diperintahkan untuk mendengarkan Tuhan, ibarat domba mendengarkan gembalanya.

Hari ini kita diajak untuk mendengarkan Tuhan. Gambaran gembala dalam Mazmur 23 menarik untuk kita perhatikan. Gembala adalah ungkapan yang biasa dalam Alkitab untuk menyebut karya penyertaan Tuhan dalam hidup umat Allah. Jika dalam Alkitab menyebut Tuhan sebagai Gembala, siapakah kita manusia dalam gambaran tersebut? Domba! Domba adalah binatang yang dianggap lemah, bodoh, jinak, serta mudah hilang dan tersesat.

Tuhan yang menjadi Gembala, dan Alkitab mengatakan hal yang luar biasa terjadi. Pemazmur mengungkapkannya demikian, “takkan kekurangan aku, tinggal di padang yang berumput hijau, Ia membimbing ke air yang tenang, menyegarkan jiwa, menuntun, menjaga dalam lembah kekelaman, pada akhirnya aku akan diam di rumah Tuhan.” Betapa luar biasa karya dan kuasa Tuhan Sang Gembala. Akan tetapi untuk dapat mengalami itu ada syaratnya. Syaratnya adalah percaya dan mendengarkan Sang Gembala.

Mudahkah syarat itu? Ternyata tidak! Dalam Injil hari ini kita membaca Kerajaan Sorga diumpamakan seperti undangan pesta perjamuan perkawinan. Perkawinan adalah salah satu pesta yang sangat penting dalam tradisi timur. Pesta dalam perumpamaan Yesus ini adalah pesta yang besar, semua telah tersedia (Mat. 22:4). Ironisnya, para tamu undangan tidak datang. Dalam Alkitab disebutkan mereka “tidak mengindahkannya” (Mat. 22:5). Mereka mendengar dan tahu undangan itu, tetapi tidak mau merespon, dan abai terhadapnya.

Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin kiranya mengingatkan keluarga-keluarga Kristen untuk menyambut undangan Tuhan dengan sukacita. Undangan untuk melakukan kehendak-Nya, untuk mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Undangan untuk hadir dan terlibat dalam karya dan rencana Tuhan, kerajaan-Nya. Karena sejatinya, hidup ini bukan soal “urusanku atau urusanmu.” Keluarga Kristen dipanggil untuk ambil bagian dalam urusan atau pekerjaan Tuhan, hingga Kerajaan Sorga itu sungguh hadir dalam kehidupan kita.

Mendengarkan Tuhan bukan seperti mendengarkan suara musik atau lagu. Mungkin mendengarkan musik dapat membuat kita bergoyang dan menari. Akan tetapi mendengarkan Tuhan lebih dari itu. Mendengarkan Tuhan kita lakukan ketika kita mengasah ketajaman hati nurani kita, menggunakan iman dan akal budi kita, dan belajar firman-Nya dari Alkitab dengan setia. Mendengarkan Tuhan diikuti perubahan hidup yang kita sadari sendiri dan makin hari makin terasa oleh orang-orang di sekitar kita. Mari kita mendengarkan Tuhan dan menyatakan kehendak Tuhan itu di tengah keluarga kita. Mari berusaha belajar mendengarkan Tuhan. Tuhan memberkati. Amin.

%d blogger menyukai ini: