Rendah Hati Tanda Anak Tuhan

Bacaan: Yesaya 50: 4-9a  |  Mazmur 118:1-2, 19-29  |  Filipi 2: 5-11  |  Matius 21:1-11

 Kata “rendah hati” adalah kata yang menggambarkan keadaan jiwa seseorang, yang walaupun sebenarnya  memiliki kekuatan, kemampuan, kelebihan, dan semacamnya, tetapi tidak pernah merasa bahwa dirinya lebih dibandingkan dengan orang-orang lain. Sifat rendah hati memiliki nilai yang sangat positif, karena dengan kerendahan hati orang lebih bisa menghargai orang lain, tidak sombong, dan tidak pernah meremehkan pihak lain. Sikap semacam itulah yang juga diharapkan dimiliki oleh anak-anak Tuhan. Sebab keimanan seseorang, ungkapan syukur, dan permohonan dalam doa, akan muncul apabila manusia memiliki kerendahan hati di hadapan Tuhan, yaitu kesadaran bahwa dirinya adalah  orang yang lemah dan tanpa pertolongan Tuhan tidak akan dapat mewujudkan apapun yang diinginkan.

Yesus memberi teladan kerendahan hati itu kepada kita orang-orang beriman; yaitu walaupun dalam rupa Allah, Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Demikian juga dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan dirinya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2: 6-8). Di samping keteladanan yang sudah diberikan, Yesus juga memberi nasihat kepada kita tentang kerendahan hati itu dengan menyatakan bahwa barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Lukas 14:11). Kerendahan hati tidak menjadikan seseorang hina di mata orang lain, melainkan justru akan memancarkan keluhuran budi dari orang yang bersangkutan. Yang penting bahwa kerendahan hati itu muncul dari sebuah ketulusan, muncul dari dorongan hati nurani yang dibimbing oleh Tuhan, dan bukan sikap yang dibuat-buat atau sikap kepura-puraan.

Keberadaan kita orang percaya adalah sebagai anak-anak Tuhan. Kita hidup di dunia yang dinamis dan terkadang justru menjauhi nilai positif dalam kehidupan yang salah satunya ialah rendah hati. Karena itu sebagai anak-anak Tuhan kita perlu melatih diri untuk tidak menganggap diri kita lebih tinggi daripada orang-orang lain, peran kita lebih penting daripada peran orang-orang lain, sehingga kerendahan hati itu menjadi sebuah kesadaran nurani kita. Tuhan memberkati.

%d blogger menyukai ini: