Bekerja Bagi Allah

1 Samuel 3: 1-20 | Mazmur 139:1-6, 13-18 | 1 Korintus 6:12-20 | Yohanes 1:43-51

  

Mendengar kata “Bekerja Bagi Allah” banyak orang memaknai sebagai kegiatan yang berkenaan dengan aktifitas bergereja.

Jaman dahulu memang demikian, misalnya para biarawan dan biarawati mereka adalah orang-orang yang bekerja bagi Allah.

Orang-orang yang bekerja bagi Allah (pelayanan di gereja) dipandang sebagai kegiatan rohani yang lebih baik daripada pekerjaan lain, misalnya petani, tukang, atau pegawai. Karena itu mereka dipandang sebagai orang-orang saleh yang memiliki derajat yang lebih baik daripada petani, tukang, pegawai dan sebagainya.

 

Dulu, kehidupan Kristen yang dianggap sempurna adalah untuk mereka yang bekerja di bidang rohani, dan tidak ternoda oleh pekerjaan jasmani.

Itu dulu, sebelum para reformator membawa obor pencerahan. Setelah Luther dan Calvin angkat suara maka beda cerita. Luther menegaskan, Allah memanggil seseorang untuk melayaniNya dengan cara-cara tertentu di dunia. Panggilan (beruf, Jerman) tidak selalu harus menjadi ‘rohaniwan atau rohaniwati’. Calvin menandaskan, kemampuan dan keterampilan (talenta) adalah pemberian Allah kepada semua orang, supaya mereka dapat berfungsi lebih efektif di dunia. Singkatnya, para reformator menyatakan tidak ada perbedaan derajat kerja antara yang rohani atau jasmani, gerejawi atau duniawi.

 

Pekerjaan di rumah, dapur, gudang, bengkel, ladang dan sebagainya, dapat menjadi pujian bagiNya ketika bertitik tolak, terarah dan tertuju bagi kemuliaan Allah.

Ketika pekerjaan itu dilakukan dengan tujuan bagi kemuliaan Allah maka itu berarti “Bekerja Bagi Allah”. Dengan menghayati itu maka segala pekerjaan yang kita lakukan, adalah “Bekerja Bagi Allah”.

 

Selamat Bekerja Bagi Allah…

%d blogger menyukai ini: