TEGUH BERSERAH PANTANG MENYERAH
Lukas 18: 1 – 8
Mengabulkan keinginan bahkan tuntutan orang lain karena desakan-desakan, menjadi sesuatu yang begitu wajar di masyarkat kita pada saat ini. Hal ini terjadi di berbagai konteks dan aras, dari mulai anak yang mendesak orang tuanya hingga orang tuanya memenuhi keinginan si anak, orang yang mendesak teman atau sahabatnya agar mau mendengarkan, hingga masyarakat atau rakyat yang mendesak pemerintah agar menjalankan tuntutan rakyat. Namun kita juga menyadari bahwa tidak selalu hal yang diminta atau dituntut dengan desakan itu benar. Oleh karena itu kita harus memastikan apa isi dan substansi dan hal-hal yang menjadi keinginan, tuntutan, atau harapan yang dinyatakan kepada pihak lain untuk dilakukan. Itulah sebagian dari konteks perumpamaan yang Tuhan Yesus sampaikan tentang seorang hakim dan seorang janda. Pada masa itu, hakim berbeda dengan profesi hakim modern masa kini, yang mana juga merupakan seorang dengan orotitas, jabatan, atau kedudukan tinggi yang juga dapat membuat orang tersebut memutus perkara di antara masyarakat. Kepada orang seperti itulah seorang janda mendesak agar haknya dibela terhadap lawannya.
Mari kita perhatikan hal pertama, bahwa pesan Tuhan Yesus adalah agar para murid berdoa dengan tidak jemu-jemu. Doa yang tidak jemu-jemu berarti bahwa meskipun kita belum atau tidak mendapat jawaban doa, atau kenyataan terjadi berbeda dari doa dan harapan yang kita naikkan kepada Tuhan, kita tetap berdoa dengan penuh iman dan percaya kepada-Nya. Doa-doa kita tidak dipengaruhi oleh keadaan di sekitar kita yang baik, buruk, atau biasa saja. Dalam segala keadaan, kita tetap berdoa dengan penuh iman kepada Allah. Inilah keteguhan dalam iman dan pantang menyerah karena memiliki ketetapan hati kepada Tuhan. Apakah kehidupan rohani dan doa-doa kita bisa terpengaruh oleh dinamika kehidupan yang naik turun? Kalau dinamika kehidupan bisa mempengaruhi hidup rohani dan displin doa kita, bagaimana kita mengatasinya?
Kedua, berserah kepada Allah dengan sepenuhnya. Manusia bisa tergoda oleh kecukupan atau kelimpahan dalam hidupnya sehingga merasa bisa mengandalkan sumber daya yang dimilikinya, atau terjatuh karena tidak memiliki apapun dalam hidupnya sehingga menyerah dan putus asa. Apapun yang menjadi keadaan kita dalam kelimpahan atau kekurangan, berserah penuh kepada Allah adalah keyakinan dan sikap iman yang harus selalu kita miliki. Sikap berserah ini selalu disertai dengan tindakan, usaha, upaya, dan perjuangan, namun meyakini bahwa Allah-lah yang menyertai proses dan hasilnya serta dapat menerima segala macam keadaan karena percaya Allah memelihara dan menyertai senantiasa. Sikap berserah kepada Allah juga menunjukkan keteguhan iman dan kesetiaan kita kepada-Nya. Bagaimana sikap berserah kita terapkan ketika kita sedang memiliki harapan besar yang sedang kita mohonkan kepada Tuhan? Bagaimana cara kita menunggu jawaban dari Tuhan? Tuhan memberi hikmat-Nya dalam Roh Kudus agar kita memiliki sikap hidup yang teguh, berserah, dan pantang menyerha. Tuhan Yesus memberkati. Amin.