MELANGKAH DALAM IMAN & KESETIAAN
Bacaan: Habakuk 2: 1–4 | 2 Timotius 1: 3–8 | Lukas 17: 5–10
Kita bernafas setiap saat, namun seringkali tidak disadari. Biasanya nafas disadari ketika melakukan sesuatu dengan mengatur pernafasan secara sengaja, misalnya ketika bernyanyi, meditasi, olahraga, atau menjumpai aroma yang tidak sedap serta polusi udara. Sayangnya kebanyakan orang baru menyadari pentingnya nafas dan bernafas dengan lancar ketika sedang sakit dengan hidung tersumbat. Kira-kira begitulah gambaran tentang spiritualitas atau hidup rohani. Sejatinya kita setiap saat selalu terhubung dengan Tuhan. Kita dipelihara-Nya, kita diberkati-Nya, kita dilindungi-Nya, kita disertai-Nya, dan berkomunikasi dengan Tuhan melalui iman, pikiran, tindakan, dan hati kita. Namun seringkali keterhubungan dengan Tuhan itu tidak disadari, sampai kemudian orang-orang mengalami kesulitan, tantangan, dan marabahaya baru kemudian ingat akan Tuhan. Padahal setiap saat, Tuhan sudah selalu ada untuk kita. Maka setiap ibadah, persekutuan, disiplin rohani, dan nyanyian kita kepada Tuhan adalah pengingat yang sangat penting bahwa setiap waktu kita selalu terhubung dengan Tuhan.
Percaya dan selalu teguh, itulah iman dan kesetiaan yang teladan dan petunjuknya kita renungkan dari bacaan hari ini. Nabi Habakuk bergumul dengan persoalan ketidakadilan yang masif, serta kondisi ketika orang jahat hidup makmur, tetapi orang benar dan saleh justru mengalami kesulitan. Namun Nabi Habakuk percaya dan tetap teguh menantikan keadilan Tuhan segera dilakukan-Nya. Berkat dan anugerah-Nya diberikan bagi orang-orang benar dan saleh, dan orang-orang fasik dan lalim akan mendapat hukuman dan konsekuensi serius karena kejahatannya. Keyakinan dan penantian ini tidak mudah. Orang bisa saja tergoda untuk mengikuti kejahatan karena iming-iming kemakmuran palsu, dan meninggalkan hidup yang benar. Maka iman dan kesetiaan menjadi hal yang sangat penting menghadapi pergumulan dan godaan hidup yang berat.
Rasul Paulus mengingat Timotius dan keluarganya, yakni nenek Lois dan ibu Eunike. Keluarga adalah lingkungan primer tempat iman, nilai hidup, dan spiritualitas bertumbuh. Timotius hidup taat karena didikan dalam keluarganya. Ketaatannya semakin diteguhkan, agar Timotius dapat bersaksi dan mengabarkan Injil Tuhan dengan penuh keyakinan, tidak malu, dan tidak takut menderita karena beroleh kekuatan dari Allah. Demikian juga para rasul yang menjadi murid Tuhan Yesus. Mereka menghendaki agar ditambahkan imannya. Sejatinya mereka telah memiliki iman, namun memelihara dan meneguhkan iman itu adalah proses tiap-tiap pribadi yang tidak instan. Setiap orang percaya harus mampu mendisiplinkan diri seperti seorang hamba yang taat kepada tuannya. Ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan adalah pengalaman hidup kita sehari-hari sebagai spiritualitas atau hidup rohani yang menyatu dan utuh dengan seluruh kehidupan kita.
Memperdalam renungan hari ini, kita bisa bertanya: Apa yang menjadi tantangan dalam memelihara iman dan kesetiaan kepada Tuhan, sehingga kita bisa menjadi lupa atau jauh dari Tuhan? Bagaimana kita mengatasi tantangan itu? Strategi atau cara apa yang kita lakukan untuk membangun karakter iman Kristen yang setia, terlebih di dalam keluarga kita? Tuhan memampukan, membimbing, dan memberi kita hikmat untuk melangkah dalam iman dan kesetiaan. Tuhan memberkati. Amin.