Currently browsing tag

Sukacita

SUKACITA DALAM PERTOBATAN

Zefanya 3: 14–20  |  Filipi 4: 4–7  |  Lukas 3: 7–8 Nubuatan nabi Zefanya dalam  Zefanya 3: 14–20 memberikan pengharapan bagi bangsa Israel tentang adanya pemulihan bagi kehidupan mereka. Akan tiba saatnya Tuhan Allah hadir memberikan kemenangan menyingkirkan segala penderitaan, hukuman, dan malapetaka. Bangsa Israel akan kembali dikumpulkan dan menduduki …

Sukacita Perdamaian

Bacaan :   2 Korintus 5: 16-21 | Lukas 15: 1-3, 11-32  Gambaran yang kita jumpai dalam perumpamaan anak yang hilang menyampaikan …

Bacaan : Ulangan 5 : 12-15

 

Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu

dan dengan segenap kekuatanmu (Ulangan 6:5)

 

Firman Tuhan menyatakan bahwa kita harus mengasihi Tuhan Allah kita, sedangkan kita dikatakan mengasihi Tuhan bila mana kita menuruti segala perintah Allah (Yohanes 14:15).

Dengan demikian mengkuduskan dan merayakan hari Sabat seperti tertulis dalam kitab Ulangan 5 ayat 12 dan 15 harus kita laksanakan karena hal itu merupakan perintah Tuhan.

Tuhan memerintahkan sesuatu kepada umat-Nya bukan tanpa alasan, tetapi penuh dengan hikmat dan untuk kebaikan umat itu sendiri.

Kuduskanlah hari Sabat (Ulangan 5:12) perintah ini mengandung maksud supaya kita bisa melihat, merasakan dan menghayati serta merenungkan apa-apa yang telah kita perbuat serta menikmati berkat Tuhan selama enam hari yang sudah berlalu. Hal ini sudah seharusnya kita wujudkan dalam bentuk rasa terimakasih dan ucapan syukur kepada Tuhan dengan mengkuduskan hari Sabat yang dikemas dalam bentuk ibadah syukur pada hari Sabat.

Bahkan menurut Hukum Taurat, hari Sabat harus betul-betul khusus untuk Tuhan. Pendek kata kita tidak boleh melakukan pekerjaan apapun (Ulangan 5:14). Sebagai ilustrasi, orang mencari kayu api (bakar) dihari Sabat harus dihukum mati (Bilangan 15:32-36). Lebih ekstrem lagi adalah tidak boleh memasang api dimanapun dalam tempat kediaman pada hari Sabat (Keluaran 35:3), artinya memasakpun tidak boleh. Hanya satu yang boleh kita lakukan pada hari Sabat yaitu perbuatan baik (Markus 3 :4).

Hari Sabat tidak sekedar dikuduskan saja, tetapi harus dirayakan (Ulangan 5:15). Merayakan sesuatu tentunya dengan sukacita tidak dengan dukacita, demikian hari Sabat harus kita rayakan dengan sukacita penuh. Karena selama enam hari kita diberkati dengan limpah, diijinkan untuk menikmati semua kejadian dan disertaiNya dalam setiap langkah kita. Jadi, wajarlah kalau kita merayakan hari Sabat dengan sukacita bahkan pemazmur berkata :

Bersorak sorailah bagi Allah kekuatan kita, bersorak sorailah bagi Allah Yakub.

Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi merdu, diiringi gambus. Tiuplah sangkakala …. (Mazmur 81:2-4).

“RAYAKANLAH SABAT DENGAN SUKACITA”

Merayakan Sabat Dengan Sukacita

Bacaan : Ulangan 5 : 12-15   Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ulangan 6:5) …

Filipi 4 : 1–9

 Jemaat Tuhan yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, mengapa kita tak bisa  untuk bersukacita dalam segala hal atau segala keadaan dan tindakan nyata? Mengapa kita juga sulit dan tak mudah mengucap syukur dalam segala keadaan? Mungkin jawabnya adalah Karena kita memberi suatu batasan tentang arti sukacita. Banyak diantara kita salah mengartikan arti sukacita. Kita menganggap sukacita itu adalah saat menerima keadaan luar biasa. Katakanlah kita menang undian mobil mewah, mendapat momongan yang lama kita nantikan, mendapat promosi jabatan yang hebat, anak kita menjadi juara olahraga tingkat provinsi, dll. Kalau kita tidak mengalami hal-hal yang hebat tadi, kita merasa biasa-biasa aja. Sukacita yang sejati sesungguhnya muncul dari kepuasan batin seseorang walaupun secara fisik atau kenyataan masih dalam keadaan yang kurang baik.

Paulus dalam beberapa kali dan kesempatan mengatakan bersukacitalah senantiasa seperti pada Filipi 4 : 4, dan pada 1 Tes 5 : 16,  walaupun pada saat mengatakan itu Paulus juga masih dalam kesulitan. Namun kalau kita baca seterusnya pada ayat-ayat selanjutnya ternyata Paulus mengalami kepuasan batin karena jemaat tetap bertumbuh dan Paulus tetap berpegang pada Janji Tuhan, Paulus dapat mengambil suatu hikmah yang luar biasa dalam setiap kondisi atau keadaan. Contoh lain Ayub dikatakan bersukacita walaupun menjadi orang kere dan sakit kusta dalam sekejab karena puas secara batin. Yohanes pembaptis dengan sukacita memberitakan Injil walaupun hidup sangat sederhana, karena sadar dirinya adalah seseorang yang dipilih Allah menjadi pembuka jalan bagi Yesus.

Memang seorang Pauluspun tidak sertamerta dapat selalu bersukacita dalam segala hal atau tidak sertamerta dapat bersukacita senantiasa dengan begitu saja, seorang Pauluspun perlu belajar untuk dapat menerima keadaan hidup sehingga Paulus dapat berkata “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan” karena Paulus juga telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan dan akhirnya Paulus selalu bersukacita senantiasa dan berkata segala perkara dapat kutanggung didalam Dia….

Lalu bagaimana cara kita tetap dapat bersukacita walaupun saat ini sedang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan? Maka kita juga perlu belajar seperti Paulus, Jangan fokus pada hal-hal negatif tetapi belajarlah mengucap syukur untuk keajaiban-keajaiban kecil disekitar kita. Bersukacitalah hari ini kita bisa menjadi Kristen, bersukacitalah hari ini kita bisa ke gereja dengan bebas, bersukacitalah Tuhan terus membentuk hidup kita melalui berbagai masalah namun jangan lupa agar kita tetap mempunyai kepuasan batin maka kita harus tetap bersandar pada janji Tuhan, sehingga suatu saat kitapun dapat senantiasa bersuka cita dan berkata segala perkara dapat kutanggung didalam Dia. Tuhan Memberkati, Amin.

 

Belajar Bersukacita

Filipi 4 : 1–9  Jemaat Tuhan yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, mengapa kita tak bisa  untuk bersukacita dalam segala hal atau …

Sukacita Yang Sempurna

Yohanes 20 : 19-31   Berita Paskah Adalah berita sukacita. Yesus Kristus telah bangkit dan menang! Berita paskah merupakan kesaksian yang otentik …