MENYAMBUT KEHADIRAN-NYA
Lukas 19: 28-40
Minggu ini adalah Minggu Palmarum, waktu untuk kita mengingat dan merayakan hari ketika Tuhan Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Kedatangan Yesus memasuki Yerusalem disambut dengan penuh kegembiraan dan sorak-sorai dari orang-orang Yerusalem. Mereka bergembira karena mereka beranggapan seorang penyelamat yang berkuasa datang untuk membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi. Yesus diharapkan mampu mengusir penjajah sesuai dengan keinginan dan harapan bangsa Yahudi waktu itu. Namun sayang, keinginan mereka tidak terwujud karena tujuan kedatangan Yesus berbeda dengan keinginan bangsa Yahudi, sehingga mereka menjadi kecewa bahkan marah. Ketika Yesus diserahkan untuk dihukum, nantinya mereka dengan tegas berkata, “Salibkan Dia!”
Dalam kehidupan ini kita sering kali menyerupai bangsa Yahudi di atas. Kita mengundang Yesus untuk hadir dalam kehidupan kita, dan kita bersukacita oleh karena kehadiranNya. Namun ternyata ada keinginan dan tujuan tertentu di dalam benak kita, dan berharap dengan hadirnya Yesus maka apa yang kita inginkan akan terwujud. Kehadiran Yesus kita anggap sebagai “pemuas hasrat” kita. Kita kemudian kecewa bahkan marah manakala apa yang kita inginkan tidak terwujud, bahkan kita tidak rela saat Yesus meminta kita melepaskan hal-hal duniawi yang melekat di hidup kita.
Hendaknya kita menyadari ketika kita menerima Yesus, kita menerimaNya dengan sikap berserah penuh. Jangan sampai kita dikuasai kehendak pribadi dan kita paksakan itu dalam penghayatan kita akan kemurahan kasihNya. Justru kita harus terbuka menerimaNya, dengan rendah hati, sujud menyembah, dan taat kepadaNya, maka di situlah hati dan jiwa kita dipuaskan dengan kasih dan kebaikanNya. Marilah kita menilik hati kita masing-masing, apakah kita sudah benar-benar bersukacita dan bersorak-sorai menyambut kehadiran Tuhan untuk berkuasa atas diri kita?