KEBAIKAN TUHAN

Ibrani 9:24-28 | Rut 3:1-5, 4:13-17 | Mazmur 127:1-5 | Markus 12:38-44

 

Ada lirik dalam sebuah lagu, “Betapa baiknya Engkau Tuhan, kasihMu tiada berkesudahan.” Apakah Anda mengamini kalimat lirik dalam lagu tersebut? Jika kita menghitung kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita, pasti sangat banyak, bahkan tak terhingga kebaikanNya. Kebaikan Tuhan yang terbesar yaitu pengurbananNya di kayu salib, cukup satu kali Kristus mengalami kematian untuk menebus dosa manusia (Ibrani 9:28). Tuhan terus memelihara hidup kita. Ada tak terhingga cara Tuhan memelihara hidup kita. Sama dengan kisah Naomi dan Rut (Rut 3:1-5, 4:13-17), Tuhan memberi kebaikan kepada Naomi dan Rut melalui cara-caraNya. Demikian juga dalam kehidupan kita masing-masing. Kebaikan Tuhan dinyatakan dalam semua keadaan kehidupan kita, baik dalam kondisi sukacita maupun dukacita, dalam kondisi kecukupan maupun kekurangan, dalam kondisi sehat maupun sakit. Demikianlah cara Tuhan memelihara dan menyatakan kebaikanNya melalui setiap peristiwa.

Pemazmur dalam Mazmur 127 mengajarkan kepada kita agar tetap bersandar pada kebaikan Tuhan. Sia-sia kerja keras yang dilakukan jika tanpa campur tangan Tuhan. Jangan pernah mengabaikan Tuhan dalam setiap usaha dan pekerjaan kita (Mazmur 127:1-2). Hadiah bagi umatNya yang telah mengandalkan Tuhan, yaitu:

  1. Tuhan memberikan kedamaian/ketenangan (makna dari kata “tidur” dalam Mazmur 127:2);
  2. Berkat bagi Keluarga (Mazmur 127: 3-4)
  3. Tidak akan mendapat malu (Mazmur 127: 5)

Tuhan juga menunjukkan contoh melalui Injil Markus 12:41-44, sebuah pengajaran Yesus kepada para muridNya ketika mengamati orang-orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan di Bait Allah. Dikatakan juga bahwa ada janda miskin memberi jauh lebih banyak dari pada orang-orang yang memberi dari kelimpahannya. Keberanian seorang janda patut dilihat sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada kebaikan Tuhan. Seorang janda tersebut memberikan dari seluruh nafkahnya dengan ketulusan dan keyakinan penuh pasti Tuhan akan mencukupi dan memeliharanya melalui cara-cara Tuhan. Hal ini berbanding terbalik dengan sikap dan perilaku ahli Taurat. Tuhan Yesus mengecam mereka (Markus 12: 38-40) karena mereka mempertontonkan kesalehan dalam berdoa dan mengharapkan penghargaan dari orang lain serta membawa kesusahan bagi orang lain. Hal ini menunjukkan kekhawatiran akan kebutuhan hidupnya, yaitu kekhawatiran hilangnya pengakuan dan popularitas dari masyarakat. Para Ahli Taurat lebih mengandalkan kemampuannya sendiri dan tidak mengutamakan Tuhan.

Apapun yang kita hadapi saat ini, mari kita imani dan amini setiap kebaikan Tuhan. Karena Dia adalah Yesus yang sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. Dia mengasihi kita umat kepunyaanNya dengan memberikan kebaikan-kebaikanNya: pekerjaan, kesehatan, hikmat, talenta, orang-orang yang mendukung kita, kemampuan kita untuk menjalani keseharian, dan yang lain sebagainya. Tuhan memberkati. Amin.