IBADAH SEBAGAI TANDA PANGGILAN ALLAH

Bacaan : Keluaran 3 : 1-15 | Masmur 105 : 1-6, 23-26, 45b | Roma 12 : 9-21 | Matius 16 : 1-28

Bapak, ibu, dan saudara dikasihi Tuhan, dalam beberapa bacaan leksionari minggu ini semuanya menegaskan tentang panggilan Allah kepada manusia untuk ikut bersama-sama dengan Allah mewujudkan karya-karyaNya. Tuhan ternyata berkenan mengajak manusia untuk melaksanakan karya-karyaNya. Kita tahu bahwa Tuhan mampu melaksanakan karyaNya tanpa bantuan manusia. Namun karena kasihNya, Tuhan berkenan melibatkan dan memakai “tangan-tangan” manusia untuk mewujudkan karya-karya-Nya. Pada Keluaran 3, Tuhan memanggil Musa untuk membebaskan umat Israel dari kungkungan Mesir. Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, ”Apa katamu (kalian), siapakah Aku ini?” Simon Petrus mewakili murid-murid lain mengatakan, ”Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Jawaban Petrus sungguh berkenan di hadapan Yesus, sehingga Yesus mengatakan, ”Berbahagialah engkau Simon anak Yunus.” Bahkan secara khusus kepada Petrus, Yesus berkata, ”Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga” (ay. 19). Ini adalah bentuk panggilan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya.

Mazmur 105 menjadi refleksi umat Israel sebagai orang-orang pilihan-Nya yang memahami bahwa keterpilihan mereka tidak didasarkan atas kehebatan, kemegahan, dan kesalehan mereka. Mereka dipilih demi mewujudkan karya penyelamatan Allah bagi bangsa-bangsa lain. Mereka mendapat tugas untuk memperkenalkan atau menyebarkan perbuatan-perbuatan Allah bagi orang-orang lain.

Panggilan Allah adalah suatu bentuk anugerah untuk setiap orang yang dipanggilnya, namun panggilan itu juga secara otomatis memerlukan suatu bentuk tanggung jawab pada setiap orang yang dipanggil. Dengan demikian, menjadi orang-orang pilihan Allah tidak berarti menjadi anak manja atau anak favorit yang bisa seenaknya melakukan sesuatu. Justru hal ini berarti harus hidup dengan penyerahan diri yang mutlak untuk digunakan Tuhan dalam mewujudkan karya-karya-Nya.

Harold H. Rowley seorang teolog dan guru besar bahasa Semit, meringkas hakikat keterpilihan ini dengan kalimat: Election is not for honour but for service. Artinya, “Menjadi umat pilihan Allah bukan untuk kemuliaan dan kemegahan pribadi, melainkan untuk melayani dan menjadi berkat bagi orang lain” agar mereka dapat menerima karya Sang Juruselamat melalui pelayanan bagi sesama. Hal ini akan mewujudkan sebuah persembahan kepada Allah yang merupakan ibadah yang sejati, yakni ibadah sebagai tanda panggilan Allah bagi manusia untuk ikut serta mewujudkan karya Allah demi menyelamatkan manusia.

Menurut para bapak reformator gereja, Martin Luther dan Johanes Calvin, setiap orang Kristen mempunyai panggilan hidup di dunia ini (mereka menyebut dengan istilah: Vocatio). Dan tugas setiap orang Kristen adalah untuk menyatakan dan melakukan dengan sungguh-sungguh hal-hal yang menjadi panggilan hidupnya di dunia ini. Kita hidup bukan sekadar hidup, namun kita hidup dengan tugas panggilan yang diberikan Tuhan kepada kita. Sebagai orang Kristen kita wajib menunjukan bahwa dalam setiap perbuatan yang dilakukannya merupakan tanda bahwa dirinya adalah umat yang terpanggil yang senantiasa melaksanakan apa yang dikehendaki Allah dalam hidupnya. Amin, Tuhan memberkati.