Dialah Perdamaian Kita
Bacaan: Lukas 23: 33 – 43
Semenjak manusia jatuh ke dalam dosa hubungan antara manusia dengan Allah itu menjadi rusak karena tindakan yang dilakukan oleh manusia yang sering berlawanan dengan kehendak Allah. Hubungan itu seolah menjadi renggang, dan Allah dipersepsi sebagai pihak yang jauh dari manusia, pihak yang menakutkan, sehingga perjumpaan dengan Allah itu menjadi sesuatu yang menakutkan. Allah dipersepsi sebagai pihak yang sulit untuk dijumpai, atau untuk bisa berjumpa dengan Allah harus dengan berbagai aturan dan persyaratan yang harus di penuhi. Begitulah persepsi manusia tentang Allah sebagaimana tergambar dalam sebagian Perjanjian Lama.
Kitab Yeremia dalam salah satu ayatnya menyatakan bahwa sesungguhnya waktunya akan datang, Allah akan menumbuhkan tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri (Yer. 23:5). Ayat dalam Kitab Yeremia tersebut menubuatkan hadirnya Tuhan Yesus ke dunia yang akan memperbaiki hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah, dan membuat perdamaian antara dunia dan sorga Allah. Sebagaimana dinyatakan dalam Surat Kolose, bahwa oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan perdamaian oleh darah salib Kristus (Kol. 1:20). Dengan demikian Allah tidak lagi dipersepsi sebagai pihak yang jauh, yang menakutkan, dan yang sulit untuk ditemui, melainkan pihak yang dekat dengan kehidupan manusia, sumber sukacita, dan sangat mudah untuk dijumpai karena jarak yang hanya sejauh doa.
Yesus yang memperdamaikan hubungan antara manusia dengan Allah menampilkan diriNya sebagai Tuhan yang penuh dengan pengampunan terhadap manusia. Hal itu antara lain tercermin dari ungkapannya ketika menghadapi saat yang kritis yaitu saat peristiwa penyaliban. Kepada orang-orang yang menyalibkan Dia, Yesus masih bisa menyatakan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23: 34). Itulah cermin dari keberadaanNya sebagai yang Maha mengampuni, dengan pengampunanNya yang hakiki terlepas dari bagaimana sikap dan perlakuan orang-orang yang telah menyalibkanNya. Semoga kita sebagai murid Kristus juga dimampukan untuk menjadi pembawa damai dengan kesediaan kita untuk mengampuni sesama. Kiranya Tuhan senantiasa menuntun langkah kita. Amin.