Keluarga Bagai Kebun Anggur

Bacaan: Yesaya 5: 1 – 7

 Banyak orang mengetahui berbagai hal tentang anggur, namun untuk situasi di Indonesia, tidak banyak diketahui secara langsung tentang kebun anggur. Anggur umumnya tumbuh subur di daerah yang kering, dan menjadi tanaman yang umum di Israel dan sekitarnya. Anggur menjadi salah satu kebutuhan pokok selama berabad-abad dan telah menjadi bagian wajib dari kehidupan di Israel. Kebun anggur memenuhi banyak sekali kebutuhan dalam kehidupan, sehingga dirawat dengan sungguh-sungguh oleh pemilik dan pengelolanya. Seringkali anggur menjadi simbol dari kemakmuran.

Bacaan Kitab Yesaya ini berupa syair yang mengungkapkan relasi dengan gambaran kebun anggur. Penulisnya seorang nabi yang menyampaikan pesan dari Tuhan. Awalnya nabi menceritakan kekasihnya yang memiliki kebun anggur yang terawat baik namun buahnya masam, bukan hasil yang baik. Kemudian ia menggambarkan relasi antara Tuhan dengan Israel, umat-Nya, bagai Pemilik dengan kebun anggur. Paralel dengan yang diungkapkan sebelumnya, Israel sebagai umat yang dipelihara Tuhan, tidak memberi buah yang baik bagi Tuhan. Mereka hidup tidak berkenan kepada Tuhan dan jauh dari-Nya. Oleh karena kekecawaan Sang Pemilik, perlindungan-Nya dibongkar dan perawatan-Nya dijauhkan-Nya.

Gambaran tersebut diungkapkan dengan negatif, berupa ketidaktaatan umat kepada Tuhan. Namun kita belajar sebagai keluarga dan bagian darinya, bahwa ada pemeliharaan Tuhan yang nyata dalam hidup kita. Tuhan sudah merawat umat-Nya dan menyertai kita dengan berkat dan kuasa-Nya. Bagi umat Tuhan, seakan tiada lagi kekurangan berkat dan rahmat. Hanya saja tinggal cara manusia merespon berkat dan rahmat Tuhan itu, yaitu dengan ketaatan kepada-Nya. Manusia menjalankan bagiannya, dengan berusaha sebaik mungkin dalam kasih, melakukan firman Tuhan, dan bersyukur serta penuh harap senantiasa kepada Tuhan. Dengan menghasilkan buah kehidupan yang baik bagi-Nya, kemakmuran bukan semata simbol belaka, namun benar terjadi karena penyertaan-Nya selalu hadir dalam hidup kita. Amin.

%d blogger menyukai ini: