Ibadah Sebagai Tanda Pemeliharaan Allah

Bacaan:  Matius 20: 1-16

 Kehidupan orang-orang percaya tidak lepas dari ibadah. Ibadah merupakan wujud, cara, dan sarana orang percaya mengungkapkan dan menghayati hubungannya dengan Allah. Iman Kristen meyakini bahwa Allah-lah yang pertama-tama ingin memanggil dan mengasihi manusia. Dari perumpamaan tentang pemilik kebun anggur dapat diibaratkan bahwa pemilik itu adalah Allah, dan pekerja-pekerja itu adalah manusia. Allah berinisiatif memanggil manusia untuk terlibat dalam karya dan kerajaan-Nya. Awal mulanya perumpamaan ini hendak menegur para murid Tuhan Yesus yang menginginkan kedudukan lebih di samping Guru mereka ketika Sang Guru kelak duduk di tahta-Nya. Tuhan Yesus ingin menunjukkan bahwa dalam kerajaan-Nya tidak ada kedudukan lebih maupun kurang, dan semua orang sama setara di hadapan Allah yang digambarkan setiap pekerja akhirnya sama-sama menerima upah satu dinar.

Panggilan inisiatif Allah ini direspon manusia dengan ibadah. Dalam ibadah tidak ada kedudukan lebih tinggi maupun lebih rendah. Baik yang melayani dan yang dilayani (karena ada tindakan saling melayani) memiliki kedudukan setara di hadapan Allah. Tuhan Yesus mengajak setiap orang untuk merendahkan diri di hadapan Allah. Bila bersikukuh meninggikan diri, maka ia akan direndahkan. Pesan tersirat lain dalam perumpamaan pemilik kebun anggur ialah bahwa setiap orang yang dipanggil untuk bersekutu dengan Allah diajak untuk menikmati sukacita bersama-sama, tanpa rasa iri, atau lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain.

Ada berbagai macam cara ibadah antara lain ibadah minggu, persekutuan, Sekolah Minggu, dan lain sebagainya. Namun perlu diingat bahwa seluruh kehidupan orang percaya juga merupakan ungkapan hubungannya dengan Allah. Maka ibadah itu juga termasuk seluruh keberadaan orang percaya dalam proses dan langkah hidupnya. Setiap kali berdoa, setiap kali membaca Alkitab, setiap kali mengucap syukur, dan setiap kali berharap kepada Allah, itu juga adalah ibadah. Batin manusia spontan dan mengungkapkan hati nurani. Dari situlah kerinduan kepada Allah. Maka merespon panggilan Allah yang ingin menyatukan manusia dalam kerajaan-Nya, kita hayati ibadah dalam kehidupan keseharian kita dan dalam setiap ibadah minggu dan persekutuan kita. Amin.

%d blogger menyukai ini: