Tanggung Jawab Keadilan Bagi Bangsa

Bacaan :   1 Samuel 6:116  |  Roma 13:17  |  Matius 24:1527

 

Tujuh puluh empat tahun Kemerdekaan Republik Indonesia kita rayakan bersama. Kemerdekaan itu diyakini sebagai anugerah Tuhan Yang Mahakuasa. Hal ini diakui dalam Pembukaan UUD 1945 dan sesuai dengan karakter religius bangsa Indonesia sendiri. Sebagai saksi Kristus, kita meyakini hal demikian sebagaimana Firman Tuhan menyatakan bahwa “pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu.” Pemerintahan bisa ada karena kemerdekaan. Kemerdekaan itu yang terus dipelihara setiap insan rakyat Indonesia yang menghidupi keberagaman dan keberbagaian bangsa ini.

Pada masa penjajahan (abad 17-18 Masehi) bangsa Indonesia berjuang demi kemerdekaan dari penjajah yang menguasai dan menyengsarakan bangsa ini. Penjajahan yang demikian sudah tidak ada lagi. Kemerdekaan harus terus dimaknai secara baru dengan semangat merdeka yang sama. Saat ini, belenggu apa yang masih mengikat bangsa Indonesia sehingga tidak merasakan kemerdekaan sejati? Barangkali penjajahan memiliki bentuk-bentuk baru seperti ideologi radikal yang ingin menggembosi Pancasila, impor kebudayaan, ketidakadilan ekonomi, pencemaran lingkungan dan masalah sampah, maupun ketergantungan teknologi. Apa mungkin juga ada belenggu egoisme pribadi dan golongan sehingga merugikan bagi pihak lain, belenggu ketidakjujuran yang memelihara korupsi, atau belenggu ketidakpedulian sehingga semangat gotong-royong dan kebersamaan kekeluargaan memudar? Hal-hal lain yang belum memerdekakan bangsa Indonesia kita diskusikan bersama.

Keadaan bangsa dan negara Indonesia sudah semakin baik ketika semua pihak bekerjasama untuk kepentingan dan cita-cita besar yang didasarkan pada tujuan bersama. Banyak persoalan yang harus diselesaikan oleh bangsa ini dalam proses dan langkah juangnya. Bangsa ini harus ingat bahwa Tuhan tidak meninggalkan mereka. Keberpihakan Tuhan ditunjukkan dalam Kitab Samuel. Meskpun bangsa Israel sempat mengalami kekalahan, itu karena kesalahan mereka sendiri, namun sebetulnya Tuhan terus menyertai mereka. Hal ini ditunjukkan dari kembalinya tabut Allah kepada bangsa Israel setelah tangan Tuhan menekan orang-orang Filistin yang mengambil tabut itu. Kembalinya tabut Tuhan didasarkan atas kehendak Ilahi.

Orang-orang Filistin menggunakan dua ekor lembu menyusui yang belum kena kuk dipisahkan dari anaknya untuk membawa tabut Tuhan. Lembu tersebut mengambil jalan ke Bet-Semes dan justru tidak kembali menyusul anak-anak lembu tersebut.

Bangsa Indonesia disertai oleh Tuhan. Tanpa penyertaan Tuhan, bangsa ini bisa gagal dalam berproses dan berkembang. Penyertaan Tuhan memampukan seluruh rakyat Indonesia dan para pemimpin negeri untuk melakukan tanggung jawab bersama sebagai warga negara. Tanggung jawab ini mewujudkan kesejahteraan. Adanya kesejahteraan mengindikasikan diperjuangkannya keadilan. Kata “adil” dimuat dalam dua dari lima sila Pancasila, yang menegaskan kepentingannya. Sebagai orang percaya, tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia diwujudkan dengan mengikut petunjuk dan teladan Yesus Kristus. Ada banyak penyesat yang menyatakan diri sebagai pejuang rakyat atau bertindak atas nama rakyat, tetapi yang dilakukan justru mengutamakan kepentingan golongannya sendiri. Ketika para pemimpin mengikuti teladan Kristus, mereka tergerak oleh kasih dan kebaikan dalam menjalankan tanggung jawabnya, dan dengan sendirinya menjauhi tindakan jahat sebagaimana adanya pemerintah menjalankan fungsi penegakan kebenaran sebagai hamba Allah.

Tanggung jawab keadilan kita ialah menyatakan kemerdekaan itu kepada setiap pribadi, sehingga kesejahteraan dirasakan bersama. Tanggung jawab itu bukan semata tindakan moral, tetapi panggilan iman. Untuk semakin mewujudnyatakan kemerdekaan sejati dalam setiap sendi kehidupan, apa saja hal-hal yang dapat kita perjuangkan dengan perkataan dan tindakan kita? Mana saja teladan Kristus yang dapat kita lakukan sesuai dengan situasi yang masih membelenggu bangsa ini dari kemerdekaan sejati? Tuhan memberkati bangsa Indonesia. MERDEKA!

%d blogger menyukai ini: