Beriman & Berani Bersaksi

Bacaan:   Kisah Para Rasul 7 : 54-60

 

Stefanus adalah martir pertama pengikut Kristus yang meregang nyawa dengan cara yang sadis yaitu dengan hukuman rajam. Itu semua dikarenakan  kesaksian Stefanus tentang Yesus yang kemudian membangkitkan amarah anggota-anggota Majelis Agama. Mereka tidak dapat menerima perkataan-perkataan Stefanus sebagai suatu teguran, namun sebagai perkataan yang menusuk hati yang kemudian membangkitkan amarah besar Mahkamah Agama.

Karena imannya yang kuat kepada Yesus Kristus dan keberaniannya untuk bersaksi itu maka Stefanus dihukum rajam.

Melalui kisah tersebut dapat dilihat bagaimana keberanian dan ketangguhan iman Stefanus. Imannya tidak tergoyahkan meskipun penderitaan dan kematian mengancam dirinya. Keberanian dan ketangguhan Stefanus menjadi saksi atas kesungguhan imannya kepada Yesus.

Yang menarik lagi adalah ketika Stefanus dirajam batu beramai-ramai, ia pasrah kepada Allah dan tidak membenci, apalagi menyumpahi mereka. Yang ia lakukan adalah memohonkan pengampunan kepada mereka yang melempari (ayat 60).

Rasul Yakobus menyatakan: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbuatan harus menjadi saksi bagi iman. Oleh karena itu antara iman dan bersaksi menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Selanjutnya melalui kisah tersebut kita dapat belajar bahwa :

  1. Beriman berarti berbuat dan bertindak sebagai saksi.
  2. Beriman berarti menanggung akibat/resiko dari kesaksian/tindakan imannya.
  3. Beriman berarti yakin dan pasrah dengan sepenuh hidup kepada Allah.
  4. Beriman tidak memusuhi/membenci, meskipun orang lain menjadikan dirinya menderita/celaka.

Selamat beriman dan bersaksi, Tuhan memberkati.

%d blogger menyukai ini: