Kebersamaan Dalam Keanekaragaman

Yohanes 17 : 21-26

 

Bhineka Tunggal Ika; berbeda, tetapi satu. Semboyan ini sampai saat ini masih tepat disandang bangsa Indonesia, yang dikenal sebagai Negara yang majemuk yang terdiri dari beragam suku, agama dan ras. Meskipun berbeda bangsa kita telah dipersatukan dalam sebuah bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia, sehingga kita bisa berkomunikasi dan menjalani persaudaraan erat tanpa memandang latar belakang.

Pertanyaannya terkadang adalah, seberapa jauh kita bisa meminimalkan perbedaan dan mengedepankan kebersamaan?

Pada kenyataannya orang cenderung lebih memilih untuk memperbesar jurang perbedaan ketimbang mencari kebersamaan. Dan perbedaan inilah seingkali yang menghambat kita untuk bisa berbuat banyak untuk orang lain.

Perbedaan masih sering menjadi hambatan bagi gereja-gereja untuk bersatu menyatakan kasih Kristus di dunia ini, sehingga pada akhirnya gereja seringkali terbentur pada sekat-sekat tembok dan sulit sekali menjangkau dunia luar sana.

Dalam Yohanes 17:20-26, sebenarnya persatuan diantara anak-anak Tuhan sudah menjadi perhatian penting Yesus sejak semula, yaitu dalam salah satu doa Yesus berikut: “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, didalam Aku dan Aku didalam Engkau, agar mereka juga didalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yohanes 17:21).

Doa ini ditujukan bukan hanya untuk murid-muridNya pada masa itu saja, melainkan menjangkau semua orang percaya secara luas. Persatuan yang diinginkan Yesus didalam doaNya adalah persatuan orang-orang yang dilahirkan kembali dan disucikan oleh darah Kristus, walaupun mereka mungkin tidak berada didalam lingkungan Gereja yang sama. Tetapi sejauh mana anak-anak Tuhan mau mengindahkan kerinduan  Yesus ini? Bukannya bersatu, justru perpecahan yang lebih sering terjadi.

Bagaimana gereja-gereja bisa berfungsi maksimal, apabila diantara anggota-anggotanya saja masih sulit diajak akur/rukun, dan dengan demikian seperti kata Yesus dalam doanya di atas, bagaimana mungkin dunia bisa percaya, jika kita tidak bersatu dan bersama-sama menyampaikan kasih Tuhan secara nyata kepada mereka?

 

Sebuah tatanan hidup kekristenan seharusnya mengangkat persatuan dan kebersamaan lebih dari hal lain, apalagi hal-hal untuk kepentingan dari sendiri atau golongan.

Jika Yesus saja menyatakan secara khusus dalam doaNya, tentulah ini merupakan hal yang sangat penting, tetapi tanpa persatuan niscaya kita sulit untuk menyatakan apa yang menjadi tugas kita seperti seruan Amanat Agung untuk mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia.

Amin.

%d blogger menyukai ini: