Siap di Utus, Siap di Tolak
Yeremia 1 : 4-10
Tema minggu ini cukup menarik, siap diutus, siap ditolak. Tentu, yang namanya ditolak itu menyakitkan. Rasanya tidak menyenangkan. Gambaran itulah yang membayangi Yeremia, diawal ia diutus Tuhan. Pada ayat 6, Yeremia sempat menolak pengutusan Tuhan, karena Yeremia merasa masih muda. Yeremia sudah berfikir, sebagai anak yang masih muda pasti ia akan ditolak sebagai Nabi bangsa yang besar. Pergumulan yang dialami Yeremia luar biasa. Di tengah pergumulannya itu, Tuhan memberikan janji kepada Yeremia, untuk diperlengkapi (ayat 8), supaya berita pemulihan terjadi bagi bangsa Israel (ayat 10).
Jika ada pertanyaan bagi kita, siapkah kita diutus, dan siapkah kita di tolak? Kalau jawaban kita, iya, masalah sudah selesai. Namun kalau jawaban kita ragu-ragu atau bahkan tidak, mari kita belajar dari Yeremia, dan surat pastoral Paulus kepada Jemaat Korintus. Yeremia awalnya berfikir akan ditolak, namun akhirnya ia menyakinkan diri pada penyertaan Tuhan, dan ia menyiapkan diri sebagai utusan Tuhan.
Kembali pada pertanyaan, apakah siap diutus? Jawabannya, kita harus menyiapkan diri terlebih dahulu. Lalu apa saja bentuk kesiapan diri kita itu? Seperti halnya Yeremia, kita perlu memegang janji penyertaan Tuhan. Lalu, bagaimana memahami janji penyertaan Tuhan itu? Kita dapat melihat apa yang dikatakan Tuhan melalui surat Paulus kepada jemaat Korintus. Inti dari surat pastoral Paulus itu adalah kasih. Jadi, memahami janji penyertaan Tuhan, berarti kita perlu memahami kasih. Rasul Paulus mengatakan, segala sesuatu harus didasarkan atas kasih. Apapun itu, entah perkataan, perbuatan, semua didasarkan atas kasih. Kasih itu berarti memberi, tidak berharap menerima. Jika kita memberi dan tidak menerima, entah imbalan atau apapun, lalu kita sakit hati atau ditolak, berarti kasih kita itu tidak sungguh-sungguh. Namun sebaliknya, jika kita memberi, dan ternyata ditolak, dan kita tidak sakit hati, berarti kita telah melakukan kasih yang sebenarnya, seperti kasih yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus.
Marilah kita mempersiapkan diri, untuk diutus dan juga menyiapkan diri untuk ditolak. Kita ingat, bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita, sehingga kita senantiasa akan diperlengkapi Tuhan, sebagai utusan yang siap untuk ditolak juga. Mari kita terima perutusan Tuhan, dan siap sedialah untuk ditolak. Namun akan ada buah yang akan kita petik kelak nanti, sehingga nama Tuhan Yesus akan semakin dipermuliakan melalui kehidupan kita, dan berita pemulihanNya bisa semakin dirasakan semua umat. Siaplah diutus Tuhan, juga siaplah ditolak. Amin.