Bukan Bangsa Pemarah
Efesus 4 : 25 – 5:2
Apabila kamu menjadi pemarah, janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.
Disuatu siang yang cukup terik, seekor kuda terlepas dan melarikan diri di tengah jalan yang sangat padat, semua orang berlari ketakutan dan mencari tempat aman. Setiap kendaraan sontak terhenti dan tidak berani mengambil resiko untuk melanjutkan perjalanan sebelum kerusakan terjadi, akhirnya sang kusir dapat mengendalikan kudanya.
Kemarahan yang tak terkendali seumpama kuda yang terlepas dari kekang, ia mampu merusak segala hal. Ia mampu meneror orang-orang di sekitarnya, sekalipun kemarahan adalah respon alami dalam menyikapi perubahan situasi. Rasul Paulus mengingatkan bahaya kemarahan dan memberi tips sederhana tentang kemarahan.
Marah ada batasnya, banyak orang beranggapan, saat kemarahan hadir, segalanya dimaklumi. Seorang yang marah seakan-akan diberi hak untuk melakukan apa saja. Itu anggapan yang keliru, kita harus mengendalikan amarah, bukan sebaliknya tanpa kendali. Amarah adalah jalan mulus bagi dosa.
Marah ada waktunya, Rasul Paulus teringat yang pernah dikatakan Yesus soal marah. Kemarahan boleh terjadi, tetapi ada tanggal kadaluarsanya.
Jangan sampai matahari terbenam artinya jangan berlama-lama memendam emosi, egois. Biarkan ia datang sesaat dan hentikan segera. Karena jika tidak ia akan menjadi api yang menghanguskan.