Tempaan & Janji Tuhan

Bacaan : Kejadian 9 : 8-17

Kita sering mendengar orang mengucapkan janji. Pada waktu pemberkatan nikah kedua penganten saling mengucapkan janji setia sampai mati. Demikian juga pejabat yang dilantik mengucapkan sumpah janji untuk melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang ada. Namun bagaimana realitanya? Masing-masing kita yang memberi jawab. Yang pasti ada banyak pasangan suami istri yang bercerai. Demikian juga ada sejumlah pejabat yang korupsi, serta melakukan perbuatan-perbuatan tidak terpuji lainnya yang mengingkari sumpah jabatan yang telah diucapkan dahulu. Benar seperti ada lagu: “Engkau yang berjanji, engkau yang mengingkari”. Namun tidak demikian dengan janji Tuhan. Janji Tuhan ya dan amin. Janji Tuhan dapat dipercaya. Oleh karena itu apa pun persoalan hidup yang sedang kita alami, jangan takut, jangan lantas bersungut-sungut, percayalah akan janji Tuhan, ia pasti menolong. Jikalau Allah mengatakan “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” itu pasti demikian. Namun kita juga harus menyikapi janji Tuhan tersebut. Benar bahwa Tuhan mau menyertai kita sampai akhir jaman, namun bagaimana dengan kita? Maukah kita disertai Tuhan?

Nuh dan keluarganya baru saja melewati suatu peristiwa yang paling mengerikan sepanjang sejarah umat manusia. Semua mahluk di bumi, kecuali mereka yang ada dalam bahtera telah musnah dalam peristiwa banjir besar. Mereka keluar dari bahtera sebagai mahluk hidup yang masih bertahan di planet bumi ini, untuk melanjutkan kehidupan baru sesuai rencana Allah. Firman Tuhan menuliskan bahwa Tuhan mempunyai sifat kemanusiaan dengan membuat perjanjian dengan manusia itu, “maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku …” (ayat 15). Allah mengingat janjiNya.

Allah telah berjanji bahwa Dia tidak akan lagi menghukum bumi ini dengan ‘air bah’. Allah telah memenuhi janji-Nya itu selama lebih dari 4.000 tahun. Sebagai orang percaya kita yakin dan memegang janji Allah itu. Namun demikian kita harus merespon janji Allah itu dengan suatu sikap yang bijak, yaitu dengan menjaga dan memelihara bumi ini sebagai mandataris Allah. Jika Allah sendiri berkenan menjadikan pelangi sebagai alat untuk mengingatkan diri-Nya akan janji-Nya sendiri, maka pelangi itu juga harus menjadi peringatan bagi kita, manusia. Agar kita turut “memegang” janji Allah itu, dengan menjaga dan memelihara “stabilitas kosmis” sebagaimana dikehendaki-Nya. Pemazmur berkata: “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (Mzm. 25 : 4–5).

Dalam 2 Petrus 3: 6-7 dikatakan, “dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.” Nas ini mengingatkan kita bahwa air bah tidak akan datang, namun api neraka pasti menjadi hukuman bagi orang-orang berdosa.

<

p style=”text-align: justify;”>Rancangan Tuhan dan janji-janjiNya pasti akan digenapi dalam hidup ini, asal kita sabar menanti-nantikan Tuhan dan menjaga hidup tetap berkenan seturut kehendakNya! Amin..