Bersyukur Atas Kasih Allah, Menjadi Sesama Bagi Sesama Ciptaan Allah
Markus 1 : 29-39
Tema tersebut mengingatkan kepada kita bahwa dalam hidup, agar kita senantiasa mengucap syukur dalam segala hal. “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki oleh Allah didalam Kristus Yesus bagi kamu” (Tesalonika 5:18).
Hidup bersyukur itu adalah merupakan kunci kepuasan dan kebahagiaan seseorang.
Mengapa harus bersyukur?
Bersyukur itu adalah menunjukkan bahwa kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat.
Atas kasih Allah yang diterima dalam hidup ini, kita dituntut dapat menjadi “terang dunia” (Matius 5:14). Jadi kehidupan orang Kristen tidak menjadi berkat jika cahayanya tidak memancar keluar.
Dalam bacaan tadi pada ayat 31, ada dua hal yang penting ialah “demamnya perempuan tadi lenyap, dan kemudian melayani mereka”. Perempuan tadi pasti bersukacita, bahagia dan bersyukur atas kebaikan kasih Allah. Dan perempuan tadi tidak melupakan, bahkan berkomitmen melayani Tuhan Yesus.
Melayani Tuhan berarti memberikan yang terbaik bagi Tuhan; hidup, waktu, tenaga dan pikiran dipersembahkan bagi Dia. Jika kita sudah terlibat dalam pelayanan, kita harus benar-benar memiliki kepedulian terhadap orang lain, terlebih terhadap saudara seiman. Disamping harus bersukacita (bukan karena terpaksa), tetapi juga harus memiliki kerendahan hati, kelemah lembutan, dan kesabaran.
Sebagai pelayan Tuhan kita dituntut pula untuk menjadi garam dunia (Matius 5:13), untuk menjadi garam dunia, kita dituntut harus memiliki kemurnian hidup.
Bagaimana kita bisa memurnikan orang lain atau dapat menjadi berkat bagi orang lain, jika kita sendiri tidak hidup dalam kemurnian. Hidup dalam kemurnian berarti menjadi teladan “…. dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu” (I Timotius 4:12b).
Mengucap syukur dalam segala hal, bisa menjadi berkat bagi orang lain, agar supaya nama Tuhan semakin dipermuliakan melalui hidup kita.
Amin.