Kejujuran itu Menyakitkan namun Memerdekakan

Renungan Minggu, 14 Oktober 2012

Bacaan : Amsal 11 : 3 & 6

Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.  Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya

Salah satu “penyakit” pemberat kehidupan langkah dan jiwa manusia adalah kebohongan. Sedangkan obat dari semua itu tidak lain adalah Kejujuran. Menjadi jujur bukanlah sebuah pilihan, tapi memanglah menjadi hal yang harus dipilih, walaupun kejujuran kadang menyakitkan. Ketika seseorang berada dalam posisi jujur, maka jiwanya akan terasa merdeka, walaupun raganya harus berada dalam jeruji besi.

Sebaliknya, seorang pembohong atau orang yang memenuhi kehidupannya dengan kebohongan, mereka akan merasa terpenjara dalam sempitnya dunia yang dibuatnya sendiri. Bahkan untuk menghirup nafaspun merupakan sesuatu yang sangat menyesakkan. Memang tidaklah berlebihan untuk menggambarkan bahwa memang seperti itulah hidup orang orang yang menanggung “beban” kebohongan dalam hidupnya. Betapa tidak, setiap detik hanya difokuskannya untuk mencari sejuta alasan untuk menutupi dan membuat kebohongan selanjutnya.

Pada Bulan Keluarga ini, khususnya renungan warta gereja disuguhkan berbagai judul, namun ada satu kata yang sangat istimewa yang menjadi seruan pada setiap judul yaitu kata “jujur”.

Oleh karena itu melalui Bulan Keluarga tahun ini keluarga-keluarga kristen diajak untuk tetap jujur. mengapa harus jujur? Bacaan kita Amsal 11 : 3+6 mengingatkan bahwa orang yang sungguh-sungguh jujur (jujur yang didasari rasa tulus bukan berpura-pura jujur) mereka akan memperoleh kemerdekaan, sebaliknya seorang pengkhianat (tidak jujur) dia akan menderita/hancur oleh ketidak jujurannya (kecurangannya).

Marilah kita menentukan sikap, hal mana yang akan kita pilih; jujur atau tidak jujur? Ingin merdeka atau tertekan?

Selamat menentukan pilihan, Tuhan memberkati. Amin.