Uji Kejujuran Sekaligus Kualitas Diri
Bahan PA Pemuda Bulan Keluarga Tahun 2012, dikutip apa adanya dari Bahan MPHB Sinode GKJ di http://gkj.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=576
TUJUAN
Remaja/pemuda kristen mampu mengenali kualitas diri dengan senantiasa berlaku jujur dalam hidupnya.
BAHAN
Amsal 1:1-7
PENGANTAR
Benarkah Ujian Nasional (UN) dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan dapat dipercaya? Faktanya dari tahun ke tahun, persoalan kebocoran soal, perilaku menyontek dan sejenisnya masih terjadi. Dengan kata lain, aneka macam kecurangan masih mewarnai pelaksanaannya sampai sekarang. Karena itu hakikat UN (dan ujian lainnya) perlu ditegaskan ulang. UN adalah ujian kejujuran sekaligus ujian kualitas bagi peserta didik, guru dan pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan. Demikian komentar Bp. A. Kusnadi M.Si., koordinator Pelaksana Harian Yayasan Pembina IKIP Veteran Semarang (Harian Suara Merdeka, Selasa 17 April 2012)
Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa di sekolah atau di bangku kuliahpun, ketika ada ulangan/ujian masih saja yang namanya kecurangan terjadi. Dengan berbagai macam cara siswa/mahasiswa berusaha memperoleh nilai yang tinggi, termasuk dengan cara-cara yang curang dan tidak jujur.
Hal ini terjadi, karena masih banyak siswa/mahasiswa yang lebih mementingkan target ketimbang kualitas. Dengan mendasarkan pada target siswa/mahasiswa lebih mengedepankan nilai kelulusan dan bukan kompetensi atau penguasaan materi.
Meskipun demikian kita juga tidak menutup mata, bahwa masih banyak siswa/mahasiswa yang belajar dengan sungguh-sungguh, all out, dan juga diimbangi guru/dosen yang serius membekali siswa/mahasiswanya dalam menghadapi berbagai ujian.
Kualitas seperti apa yang seharusnya dimiliki remaja/pemuda kristen dalam kehidupannya? Supaya generasi yang muncul dari kaum muda kristen benar-benar generasi berkualitas dan jujur. Bagaimana Alkitab memberi dasar dan pedoman untuk mewujudkan hal itu?
PENJELASAN TEKS
Kitab Amsal merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kumpulan sastra hikmat di dalam Perjanjian Lama. Di wilayah Timur Tengah, kebijaksaan/hikmat adalah bagian dari kehidupan rohani dan kebudayaan yang sangat dihargai.
Di Israel sendiri, dasar kebijaksanaan itu bersifat “religius-teologis,”‘ artinya berkenaan dengan hidup keagamaan dan relasinya dengan yang ilahi.
Dalam kitab Amsal kita dapati kebijaksanaan rohani Israel, yang berbentuk sastra dan bersifat mendidik. Itu sebabnya seringkali penulis menyebut pembacanya dengan “anakku” (1:8), yang menyiratkan relasi guru murid. Pokok penting yang mau disampaikan dalam kitab ini ialah bagaimana orang bisa hidup sebagai orang baik dan saleh menurut kehendak Allah.
Pasal 1:1-7, berisi panggilan kepada anak-anak muda supaya mencari kebijaksanaan, yang menjadi tujuan ditulisnya Amsal ini. Dengan mengenal dan mendalami Amsal ini, orang muda diharapkan: mengetahui, mengerti, dan menerima hikmat dan didikan. Karena hikmat dan didikan inilah yang menjadikan orang muda pandai, hidup benar dan jujur
Harapan tersebut dapat terwujud apabila orang muda dapat menemukan prinsip dasarnya. Prinsip dasar ini sekaligus menjadi motto kitab Amsal: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” (ayat 7). Kata “permulaan,” berarti pangkal berangkat atau inti. Tanpa takut akan Tuhan, satu-satunya Allah yang benar, pengetahuan dan hikmat yang memberi pimpinan segenap hidup tidak akan ditemukan.
Dengan pemahaman di atas, maka kita mengerti bahwa orang yang berkualitas tidak sekadar pandai, namun juga senantiasa hidup benar dan memiliki kejujuran. Hal ini tentunya akan terjadi apabila orang sejak masa kecilnya ada dalam kehidupan lingkungan keluarga yang berkualitas, keluarga yang takut akan Tuhan.
BAHAN DISKUSI
- Apakah anda setuju jika dikatakan bahwa permulaan pengetahuan adalah takut akan Tuhan? Jelaskan pendapat anda!
- Kualitas hidup macam apakah yang mencerminkan hidup anak-anak Tuhan?
- Apakah yang dapat dilakukan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya?
PENDALAMAN: TIGA TAHAP PENGENALAN DIRI
Tahap 1:
Peserta diberi kesempatan 5 menit untuk melakukan introspeksi diri melalui pertanyaan yang ditujukan kepada diri sendiri:
- Menurut anda apakah yang dimaksud hidup berkualitas? Buatlah daftar hidup berkualitas!
- Apakah anda sudah memenuhi kriteria tersebut? Berikan tanda (auntuk ya; x untuk tidak) dari daftar hidup berkualitas poin 1.
(Hasil perenungan/introspeksi diri ini cukup diketahui oleh diri sendiri)
Tahap 2:
Minta peserta berpasang-pasangan (dua orang, jika memungkinkan pilih pasangan yang sudah cukup anda kenal). Secara bergantian masing-masing memberikan penilaian kepada pasangannya. Ajukan pertanyaan: “menurut kamu, kehidupanku telah menunjukkan diri sebagai orang yang berkualitas?” Ketika orang lain memberikan penilaian, yang dinilai menuliskan apa yang disampaikan pasangannya, dan tidak diperkenankan menanggapi/mengomentari (masing-masing bisa diberi waktu 5 menit)
Tahap 3:
Minta peserta membaca Mazmur 119: 1-9. Bacalah berulang-ulang Mazmur ini. Ajak peserta menemukan nilai-nilai hidup yang berkualitas dalam teks itu. Mintalah mereka membandingkan dengan kualitas hidup yang mereka miliki. Untuk setiap pokok yang mereka temukan mintalah mereka berdoa agar Tuhan membuatnya mampu memiliki kualitas hidup itu (beri waktu 10 menit).
Setelah proses pendalaman dan pengenalan diri selesai, pemimpin bisa mengajak peserta untuk berbagi perasaan setelah mengikuti Pemahaman Alkitab. Pilih beberapa peserta secara acak, atau beri kesempatan bagi mereka yang benar-benar ingin mengungkapkan perasaannya.
Akhiri dengan doa bersama, untuk tekad meletakkan kekuatan pada pertolongan Tuhan, sehingga remaja/pemuda kristen dapat menjadi orang yang berkualitas.