Prestasi Yes, Jujur Harus

Bahan PA Pemuda Bulan Keluarga Tahun 2012, dikutip apa adanya dari Bahan MPHB Sinode GKJ di http://gkj.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=576

 

TUJUAN:

Remaja/pemuda gereja tergerak untuk jujur dalam berprestasi.

 

BAHAN:

Mazmur 37:34-40

 

PENGANTAR

Pada dasarnya setiap orang tua yang memiliki anak, mengharapkan anak-anaknya berprestasi. Baik prestasi dalam studinya, maupun prestasi dalam pengembangan bakat dan ketrampilannya. Dan mesti diakui, pada masa ini memang banyak anak-anak muda yang cukup memiliki prestasi yang membanggakan dan mengagumkan.

Permasalahannya adalah apakah prestasi yang mereka peroleh sudah sungguh-sungguh diupayakan dengan cara-cara yang jujur? Karena prestasi yang tinggi tanpa  karakter hidup yang jujur akan menciptakan manusia-manusia yang penuh tipu muslihat dan kebohongan.

Dalam kehidupan nyata di masa studi, banyak anak-anak yang mampu mencapai nilai yang tinggi, tapi dilakukan dengan cara menyontek atau melakukan kecurangan pada saat ulangan/ujian.

Tema bahan PA kali ini, “Prestasi Yes, Jujur Harus!”  Di belakang kata “jujur” ada kata “harus,” ini berarti ada penekanan pada aspek kejujuran.

Bagi remaja/pemuda Kristen tentu diharapkan sungguh-sungguh mampu menjadi anak-anak yang berprestasi sekaligus jujur.

Bagaimana Alkitab mengajarkan kepada kita tentang kejujuran dan apa yang akan diperoleh orang-orang jujur?

 

PENJELASAN TEKS

Mazmur 37, merupakan sebuah renungan tentang kemakmuran orang fasik. Si Pemazmur jelas sangat dirisaukan oleh kemakmuran dan kuasa orang-orang fasik, namun ia yakin bahwa keadaan tersebut hanyalah pembalikkan sementara dari nilai-nilai yang benar. Dan secara keseluruhan. Mazmur ini hendak memberi gambaran, bahwa orang yang berlindung pada TUHAN akan diselamatkan, sedang orang fasik akan dibinasakan.

Orang benar adalah orang yang mampu mengasihi dan mau memberi pinjaman kepada mereka yang berkesusahan tanpa dipungut riba/bunga, karena Tuhan memberkati mereka.

Ayat 34-40, berisi nasihat penutup dari pasal 37. Di sini digambarkan perbedaan (dikontraskan) antara orang fasik dan orang jujur. Orang fasik dan pendurhaka akan dilenyapkan; orang benar/jujur/tulus akan mewarisi negeri. Orang fasik tidak memiliki masa depan; orang jujur/tulus/suka damai memiliki masa depan.

Orang benar yang berlindung pada Tuhan akan diselamatkan pada waktu kesesakan. Tuhan adalah tempat perlindungan, penolong dan penyelamat bagi orang benar.

Ungkapan akan “mewarisi negeri” cukup menarik, karena biasanya dikaitkan dengan keberhasilan, kesuksesan dan kekayaan yang ada di dunia. Padahal pemazmur memaknai lebih dalam dari hal itu. Pemazmur lebih menunjuk, mewarisi negeri sebagai berkat TUHAN bukan sekedar pada keberhasilan dan kekayaan di dunia saja melainkan memiliki masa depan dalam TUHAN.

Tidak bisa dipungkiri, selama orang masih di dunia, sekalipun berprestasi dan jujur akan tetap menemui masalah. Dan di sinilah bedanya, bila orang berlindung pada TUHAN saat ada kesesakan, ia tetap memiliki masa depan.

Untuk itu pemazmur mengajak agar orang benar/jujur/tulus menantikan TUHAN dan tetap mengikuti jalan TUHAN  (ayat 34). Mengikuti jalan TUHAN juga berarti menunjukkan kasih kepada sesama. Jujur berarti tetap berada di jalan yang lurus dan benar, dengan berpedoman pada jalan dan Firman TUHAN.

 

BAHAN DISKUSI

  1. Apakah anda termasuk orang yang jujur? Berikan contoh kejujuran dalam kehidupan sehari-hari?
  2. Apakah yang akan diperoleh orang berprestasi dan hidup jujur? (Bisa dibandingkan dengan Mazmur 140:14; Amsal 15:8; Amsal 14:11)
  3. Apakah anda akan tetap jujur apabila tahu bahwa anda akan dihukum?

 

METODE ALTERNATIF

  1. Sebelum bahan ini disampaikan, bagi kepada peserta sepotong kertas dan alat tulis. Mintalah mereka menuliskan pengalaman melakukan tindakan tidak jujur, dan menceritakan perasaannya  (jelaskan bahwa tulisan di kertas ini tidak untuk disharingkan, oleh karena itu tulisan bisa dibawa pulang masing-masing).
  2. Mintalah setiap peserta untuk bertanya kepada 1 atau 2 orang di antara peserta lain, tentang pendapat orang lain terhadap dirinya. Apakah orang menilai dirinya jujur atau tidak.
  3. Bandingkanlah poin 1 dan 2 secara pribadi. Ajak peserta merenungkan bahwa  kerap ketidakjujuran tidak dapat dilihat orang lain, tetapi dirinya dan Tuhan tahu.
  4. Mintalah mereka membuat tekad secara tertulis, bahwa mereka mau belajar hidup jujur.

 

 

 Catatan untuk Pemimpin:

  • Dalam memimpin percakapan, mohon pemimpin berhati-hati dalam mengarahkan percakapan agar jangan sampai terjatuh pada penilaian pribadi yang dapat menyinggung perasaan peserta.