Riyaya Undhuh-undhuh

Tanggal 12 Juni 2011 kita akan memperingati hari turunnya Roh Kudus (Hari Pentakosta). Dalam tradisi gereja kebaktian hari turunnya Roh Kudus senantiasa dikaitkan dengan hari raya penuaian (Riyaya Undhuh-Undhuh). Sebenarnya apa Riyaya Undhuh-undhuh itu? dan bagaimana penyelengaraan akan dilakukan di jemaat kita? Melalui tulisan ini akan disampaikan hal-hal yang terkaitan dengan Riyaya Undhuh-undhuh.

Riyaya Undhuh-undhuh dalam Alkitab

Dalam tradisi bangsa Israel, Hari Pentakosta merupakan hari raya panen tahunan atau Hari Raya Penuaian (jawa: Riyaya Undhuh-undhuh; lihat Kitab Ulangan 26 : 1 – 11). Bangsa Israel melakukan hari raya panen sebagai wujud penghayatan iman karena rasa syukurnya kepada Allah. Dengan kata lain Riyaya Undhuh-undhuh yang dilakukan oleh bangsa Israel adalah sebuah perayaan syukur yang ditujukan kepada Tuhan atas rejeki yang telah mereka terima di sepanjang tahun dengan hasil panen yang telah mereka petik. Di samping itu perayaaan syukur ini juga mereka lakukan karena mereka merasakan bahwa Allah telah menggenapi janji-Nya, yaitu janji akan tanah perjanjian. Bangsa Israel menyadari bahwa dahulu nenek moyang mereka adalah bangsa pengembara, mereka tidak mempunyai tanah air, hidup mereka senantiasa berada di bawah kekuasaan bangsa lain. Sebagai bangsa pengembara mereka tidak mempunyai harapan untuk membangun kehidupan masyarakat dan menikmati hasil panen dari jerih payah mereka. Namun Tuhan berjanji bahwa Ia akan memberikan tanah perjanjian kepada nenek moyang bangsa Israel (Kejadian 17 : 8). Janji itu digenapi, bangsa Israel diberi tanah yang berlimpah dengan susu dan madu, yaitu Tanah Kanaan. Di Kanaan inilah bangsa Israel mempunyai kesempatan untuk menata hidup, mengembangkan kehidupan bermasyarakat, bercocok tanam, beternak dan melakukan aktivitas lain yang menunjang keberlangsungan hidup mereka. Di Kanaan ini pula bangsa Israel bisa memetik panen, menikmati hasil jerih payah mereka. Namun karena bangsa Israel menyadari bahwa itu semua adalah anugerah Tuhan, maka sebagai rasa syukur atas panen yang mereka petik, pertama-tama yang mereka lakukan adalah menghaturkan persembahan kepada Tuhan.

Hari Raya Penuaian atau Hari Raya Pentakosta senantiasa dilakukan dalam kehidupan jemaat pada masa Perjanjian Baru. Bila hari raya penuaian tiba, orang-orang dari berbagai daerah akan berkumpul di Bait Allah Yerusalem, untuk mengumpulkan hasil tuaian mereka. Hal seperti itu terjadi setiap tahun. Namun ada sesuatu yang berbeda terjadi, ketika mereka memperingati Hari Pentakosta, setelah peristiwa kenaikan Tuhan Yesus, Roh Kudus yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus turun ke atas orang-orang percaya. Ketika peristiwa itu terjadi ada tanda-tanda yang dahsyat yaitu: bunyi tiupan angin yang keras memenuhi seluruh ruangan, lidah-lidah seperti nyala api, murid-murid berbahasa dengan bahasa lain. Bertolak dari hal tersebut di atas itulah maka dalam tradisi gereja, setiap kita memperingati hari Pentakosta (hari turunnya Roh Kudus) dalam perayaan itu selalu diadakan Riyaya Undhuh–undhuh. Perayaan ini dilakukan oleh jemaat dari generasi ke generasi untuk mengungkapkan syukurnya pada Tuhan atas berkat-berkat yang diberikan dalam hidup kita, di samping itu Riyaya Undhuh-undhuh ini juga diselenggarakan sebagai ungkapan syukur atas curahan Roh Kudus yang menuntun kehidupan jemaat.

Riyaya Undhuh-undhuh dalam Konteks Saat ini

Kondisi bangsa Isarael memang berbeda dengan kondisi kita saat ini. Kalau pada jaman bangsa Israel suasana masyarakat lebih homogen, yaitu pekerjaan mereka umumnya bertani dan beternak, sementara kondisi mata pencaharian kita pada saat ini lebih beragam. Masing-masing mempunyai pekerjaan yang tidak sama. Lalu bagaimana kita akan ungkapan rasa syukur atau berkat-berkat Tuhan selama tahun ini? Memang kita diberi keleluasaan untuk mewujudkan persembahan. Bila ingin memberikan berbentuk uang, tentu saja boleh-boleh saja, namun kalau ingin dalam wujud lain tentu juga boleh misalnya saja hasil kebun, hasil pertanian, hasil terbaik, hasil karya (bunga, taplak,hiasan dinding dll.), hasil usaha (kue, cake, atau bentuk masakan yang lain) atau hasil usaha yang lainnya. Karena barang-barang itu nantinya akan di-uang-kan, maka jemaat dapat mengira-ira sendiri barang-barang yang dipersembahkan itu memang barang yang dibutuhkan oleh jemaat dan harganyapun dapat terjangkau bagi kalangan warga jemaat.

Agar persembahan yang berupa barang ini dapat digunakan untuk menunjang pelayanan gereja, maka majelis gereja memberikan wewenang kepada panitia untuk meng-uang-kan persembahan yang berupa barang itu dengan cara melelangkan barang-barang dan ada juga barang-barang yang dijual dalam bazaar kepada warga jemaat. Untuk itulah partisipasi warga jemaat dalam seluruh proses Riyaya Undhuh-undhuh sangat diharapkan.

Demikian sekilas info tentang Riyaya Undhuh-undhuh, kiranya hal ini semakin menyemangati kita semua untuk mempersiapkan diri dan berpartisipasi dalam Riyaya Undhuh-undhuh tanggal 12 Juni 2011. Majelis dan Panitia sangat mengharap partisipasi jemaat baik dalam persembahan ataupun dalam pelelangan dan bazaar. Ajak segenap keluarga dan saudara-saudara. Tuhan memberkati. Amin…

Sumber : http://www.gkjmanahan.org/content/kebaktian-riyaya-undhuh-undhuh

%d blogger menyukai ini: