Hidup Penuh Syukur
Renungan Minggu, 19 Juni 2011
Bacaan Kitab Suci : Ayub 2 : 1 – 10
Nats : I Tesalonika 5 : 18
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”
Ketika Ayub kehilangan segala harta benda yang jumlahnya tidak sedikit bahkan harus kehilangan anak-anaknya dalam waktu yang cukup singkat. Dari orang yang paling kaya, menjadi orang yang paling melarat. Tetapi apa respon Ayub? Apakah sama dengan kebanyakan dari kita? Bukan keluhan, atau cacian yang keluar dari mulutnya, tetapi justru ia semakin bersandar penuh kepada Tuhan. Entah apa yang ada dalam perasaannya, tapi yang pasti Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” demikian dikatakan Ayub pada isterinya.(Ay.10).
Ketika kita diperhadapkan dengan kondisi yang menyenangkan dan menguntungkan, dengan mudah kita bersyukur dan mengatakan “Puji Tuhan”. Akan tetapi jika kita diperhadapkan dengan kesesakan, pergumulan keluarga, penyakit yang tak kunjung sembuh, masalah ekonomi atau masalah pekerjaan dan masalah lainnya lagi, masih mampukah kita bersyukur kepada Tuhan ?
Kita dapat belajar dari Ayub bagaimana bersyukur di tengah kesesakan. Orang yang percaya dan mengakui kedaulatan Tuhan saja yang pasti dapat bersyukur kepada Tuhan. “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah Nama Tuhan!. Ini sebuah ungkapan iman yang luar biasa. Belajarlah untuk tetap mencari Tuhan dalam kesesakan. Pengakuan kita akan kedaulatan Tuhan itu akan menyadarkan kita bahwa segala sesuatu berada dalam rancangan Tuhan.
Rasul Paulus menasehatkan kepada kita untuk selalu bersukacita, berdoa dan mengucap syukur. Mengucap syukur bukan hanya saat kita menerima berkat berlimpah, tetapi dalam segala hal. Kuncinya adalah menerima dan menikmati apa yang ada, bukan yang tidak ada. Dari situ hidup kita akan dipenuhi dengan rasa syukur.
Teruslah bersyukur! karena hidup penuh syukur adalah kekuatan yang membuat kita menggapai keberhasilan dan kemenangan. Amin.
Ayub 2:1-10
2:1 Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. 2:2 Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.” 2:3 Firman TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.” 2:4 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. 2:5 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” 2:6 Maka firman TUHAN kepada Iblis: “Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.” 2:7 Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. 2:8 Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. 2:9 Maka berkatalah isterinya kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” 2:10 Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Ayat Kitab Suci diambil dari : http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=ayub 2 : 1 – 10&mode=text